Liputan6.com, Jakarta Industri perbankan nasional mencatatkan kinerja yang membanggakan dibanding dengan bank-bank lain di ASEAN pada tahun 2013 kemarin. Salah satu kinerja yang patut diacungi jempol adalah profitabilitas.
Kepala ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) A Prasetyantoko mengatakan saat kondisi perekonomian global dalam kondisi tidak menentu, industri perbankan nasional justru mencetak laba yang cukup tinggi dibanding bank-bank lain di kawasan ASEAN.
Advertisement
"Perbankan di Indonesia itu paling profitable di kawasan, mungkin juga di dunia, tidak ada yang setinggi ini," jelasnya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (14/4/2014).
Terdapat tiga bank nasional pencetak laba tinggi yang mampu bersaing dengan bank-bank se-ASEAN lainnya. Ketiga bank tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).
"Sekarang profit BRI saja sebesar Rp 21 triliun, itu yang tertinggi. Mandiri Rp 18 triliun, BCA Rp 14 triliun, itu menggambarkan profitabilitas," jelasnya.
Adapun alasan industri perbankan di Indonesia berhasil mencatatkan laba yang cukup signifikan karena dipengaruhi oleh tiga faktor. "Satu, Net Interest margin (NIM) perbankan di Indonesia besar, tidak ada negara yang NIM-nya lebih besar dari Indonesia. Itu jelas menunjukkan profit gede," tegas dia.
Bahkan Prasetyantoko memperkirakan apabila perbankan mampu terus menyasar sektor mikro kredit, hal itu akan mampu meningkatkan NIM perbankan menjadi sekitar 12%-13%.
"Kenapa sampai sebegitu tingginya, karena tidak ada kompetisi, jadi bagi microbanking isunya bukan price tapi akses, asal ada pasti diambil," katanya. Untuk diketahui, per Februari 2014, rasio NIM industri perbankan nasional berada di level 4,17%.
Kedua adalah masih terbukanya peluang penetrasi perbankan di Indonesia. Menurut Pras, panggilan akrab Prasetyantoko, penetrasi industri perbankan ke masyarakat saat ini hanya sebesar 30%.
Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, tingkat penetrasi yang masih kecil tersebut sebuah peluang bisnis yang patut untuk terus digali.
Sedangkan untuk faktor terakhir adalah semakin meningkatnya kalangan masyarakat ekonomi menengah. Hal itu akan semakin meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat, termasuk akses ke perbankan.