Liputan6.com, Singapura Maskapai-maskapai unggulan Asia kini tengah berusaha menghemat porsi penggunaan bahan bakar pada seluruh armadanya mengingat potensi kenaikkan harga minyak yang semakin tinggi.
Survei yang digelar Reuters menunjukkan para pengusaha maskapai memprediksi adanya kenaikan harga bahan bakar dan menjadi tekanan berkelanjutan pada keuntungan perusahaan.
Advertisement
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (15/4/2014), bahan bakar pesawat tercatat naik sedikitnya 30% dari total biaya operasional sebagaian maskapai secara keseluruhan. Dengan begitu, strategi penghematan yang efektif sangat diperlukan mengingat persaingan maskapai semakin ketat.
Kondisi itu mengingat banyak maskapai yang kini bersaing dengan memangkas harga tiket dan beroperasi dengan selisih keuntungan yang tipis. Meskipun terdapat pasokan bahan bakar yang cukup di Asia untuk memenuhi permintaan penerbangan komersil, sejumlah maskapai masih sulit mendapatkan keuntungan dari harga bahan bakar yang lebih rendah.
Perubahan harga bahan bakar pesawat (avtur) sangat bergantung pada pergerakan pasar, berbeda dengan solar, minyak premiu, dan beberapa bahan bakar lain yang disubsidi beberapa negara seperti di China, India dan sebagian wilayah di Asia Tenggara. Harga avtur juga sangat berkaitan dengan nilai jual meinyak mentah.
Sementara itu, ketegangan geopolitik juga ikut menambah ketidakpastian kondisi penerbangan. International Air Transport Association (IATA) mengungkapkan, bulan lalu hampir seluruh maskapai di dunia diprediksi hanya memperoleh keuntungan yang berkisar kurang dari US$ 1 miliar. Krisis Ukraina mendorong harga minyak naik dan memangkas prediksi keuntungan maskapai.
Perusahaan riset S&P Capital IQ melaporkan, pendapatan sejumlah maskapai, khususnya bisnis penerbangan besar akan mengalami tekanan hebat dari sejumlah maskapai penerbangan murah. Tentu saja kenaikan harga minyak juga akan menjadi tekanan bagi sejumlah maskapai besar di Asia.
Juru bicara Japan Airlines (JAL) yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, maskapai terbesar kedua di Asia itu tengah menghemat 40% konsumsi bahan bakarnya tahun ini. Volume yang sama juga berhasil dihemat tahun lalu.
"Penghematan membantu kami mengurangi risiko bisnis dan kenaikan harga bahan bakar jangka panjang. Penghematan ini akan dilakukan setiap bulan," ungkap juru bicara perusahaan tersebt.
Sementara itu, ANA Holdings Inc mampu menghemat rasio penggunaan bahan bakar hingga 45%. Korean Air Lines mampu menampung 30% konsumsi minyak tahunannya. Tahun ini tak ada pengecualian untuk volume penghematan minyak tersebut.