Nama Jokowi Dicatut, UN Kembali Jadi Polemik

Bukannya senang, Jokowi marah namanya dicatut. Dengan nada tinggi dia mengatakan curiga soal itu sengaja dibuat untuk menyerangnya.

oleh Sunariyah diperbarui 16 Apr 2014, 00:15 WIB
Joko Widodo

Liputan6.com, Jakarta - Tim Liputan6.com

Siang itu Jokowi tak seperti biasanya. Gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu benar-benar marah. Dengan muka masam dan suara tinggi, Jokowi mengatakan, "yang buat itu siapa? Tanya yang buat! Apa Pemprov DKI yang buat? Apa Jokowi yang buat?" kata pria bernama lengkap Joko Widodo itu sambil menunjuk-nunjuk.

Kemarahan Jokowi seolah tak terbendung ketika ditanyakan tentang namanya yang muncul di soal Ujian Nasional. Nama orang nomor satu di Jakarta itu dicatut dan ditulis dalam lembar soal ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ini terungkap pertama kali di SMA Muhammadiyah I Sukoharjo, Jawa Tengah. Tertulis dalam lembar soal tersebut:

"Ir. H. Joko Widodo lahir di Surakarta, 21 Juni 1961, merupakan alumnus UGM. Sejak 15 Oktober, Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI. Tokoh yang jujur dan selalu bekerja keras ini dikenal dengan gaya blusukannya ke pelosok ibu kota. Berbagai penghargaan telah beliau raih, antara lain ia termasuk salah satu tokoh terbaik dalam pengabdiannya kepada rakyat. Sebagai tokoh seni dan budaya, beliau dinilai paling bersih dari korupsi. Namun demikian, usahanya di bidang Upah Minimun Provinsi (UMP) mengalami kendala oleh tindakan buruh yang memanggil kembali perwakilannya saat sidang berlangsung. Buah dari pertemuan tersebut dewan pengupahan menetapkan UMP sebesar Rp 2,2 juta".

Terkait bacaan tersebut, siswa disuruh menjawab dua pertanyaan, yakni "Keteladanan Jokowi pada kutipan wacana tersebut adalah?" dan "Masalah yang dihadapi tokoh Joko Widodo berdasarkan paragraph tersebut adalah?"

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, mengungkapkan, soal tentang Jokowi tak hanya dibaca siswa di Jawa Tengah, tapi juga 6 persen siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di seluruh Indonesia. "Tersebar di 18 provinsi di wilayah barat dengan jumlah siswa 187 ribu," kata Musliar, Selasa (15/4/2014).

Bukannya senang, Jokowi malah marah namanya dicatut untuk soal UN. Dengan nada tinggi Jokowi mengatakan curiga soal itu sengaja dibuat untuk menyerangnya.

"Jangan sampai pertanyaan atau materi di Ujian Nasional itu dipakai untuk menjelekkan Jokowi, mempersepsikan bahwa yang bikin saya. Logikanya bagaimana?" tandas Jokowi sambil ngeloyor masuk ke Balaikota.

Reaksi Jokowi

Kendati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memastikan kemunculan nama Jokowi dalam soal UN bukan faktor kesengajaan, tak urung kasus ini menjadi polemik. Anggota Komisi X DPR Jefirstson R Riwu Kore mengatakan, kasus ini merupakan cerminan lemahnya kontrol pemerintah.

Menurut Jefirstson, seharusnya isu politik tak boleh masuk dalam UN. Sebab hal itu dapat mempengaruhi siswa SMA tingkat akhir, yang termasuk pemilih muda. Anggota Fraksi Partai Demokrat itu meminta Kemendikbud mengusut kasus tersebut. "Kita mengharapkan ada sanksi untuk pembuat, apa latar belakangnya," ujar Jefirstson di gedung DPR.

Hal senada diungkapkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ketua KPAI Asrorun Niam Sholeh menegaskan, Ujian Nasional merupakan ranah pendidikan dan tidak boleh dikotori kepentingan politik.

Asrorun menduga ada politisasi dalam soal UN. "Isinya terdapat framing dan cenderung penggiringan opini," katanya. Untuk itu, KPAI meminta menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab segera menginvestigasi lebih lanjut kasus ini.

"Siapa pembuatnya, atas motivasi apa. Harus ada sanksi tegas agar kejadian serupa tidak terus terulang," jelas dia.

Jokowi sendiri yang biasanya kalem menghadapi wartawan, tersulut kemarahannya terkait kasus ini. "Jelas keberatan dong. Mestinya materi-materi tentang kepahlawanan nasional. Kalau Jokowi itu apa?" ucapnya.

Dia menegaskan, masalah itu akan ditindaklanjuti untuk mencegah terjadinya serangan berlanjut dari musuh politiknya. Saat ditanyakan apakah ia akan mengambil tindakan hukum, Jokowi hanya menjawab, "Pokoknya kita urus, lihat saja nanti."

Jokowi menjadi lebih waspada karena saat ini sosoknya tengah menjadi pusat perhatian publik. Segala gerak gerik orang nomor satu di Jakarta itu, menjadi sorotan sejak partainya, PDI Perjuangan, mencalonkannya sebagai calon presiden. Sorotan semakin besar, setelah PDIP unggul dalam pemilu legislatif 9 April 2014.

Bebas Kepentingan Politik

Tak mau menjadi objek kemarahan publik, Selasa pagi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan langsung mengumpulkan jajarannya untuk membahas kasus tersebut. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Senin malam setelah mendapat laporan, dia langsung memerintahkan agar pencantuman nama Jokowi dalam lembar soal UN diinvestigasi.

Selain itu, Nuh juga memerintahkan jajarannya memeriksa soal tersebut beredar di mana saja dan duduk perkaranya seperti apa. "Kami punya 20 tipe. Dari 20 tipe itu apakah di seluruh tipe atau hanya di beberapa tipe," ujarnya.

Terkait sanski bagi pelanggar, Nuh mengatakan masih membahasnya.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (15/4/2014), Wakil Kemendikbud Musliar Kasim, memastikan tidak ada unsur politik dalam penyusunan soal Ujian Nasional (UN) yang mencantumkan nama Jokowi.

Sebab, kata dia, soal tersebut dibuat jauh sebelum Jokowi ditetapkan sebagai capres. "Penyusunan soal UN dilakukan sejak Juli 2013. Jauh dari bursa capres yang dilakukan baru-baru ini. Kalau memang ada kesengajaan akan kita proses," paparnya.

Dia juga menjelaskan, dalam pembuatan seluruh soal UN, Kemendikbud melibatkan guru, ahli, dosen perwakilan universitas, dan pusat pengembangan pendidikan. Karena itu, Musliar yakin kementeriannya tidak kecolongan dengan munculnya nama Jokowi. "Kita juga tidak tahu tokoh-tokoh yang masuk ke pencapresan sekarang ini. Ada nama tokoh lain seperti Rendra, Iwan Fals, dan lain-lain. Tapi mudah-mudahan tidak ada unsur kesengajaan."

Dari Rumah Sakit Hingga Penjara

Ujian Nasional tingkat SMA atau sederajat berlangsung serentak di seluruh tanah air sejak 14 sampai 16 April 2014. Peraturan ini membuat tidak semua siswa bisa mengikuti ujian di bangku kelas.

Di Grobogan, Jawa Tengah, Rosdiana mengerjakan soal UN dengan infus yang masih terpasang di tangannya. Rosdiana tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit karena menderita penyakit paru-paru. Pelajar SMK itu berusaha menyelesaikan satu demi satu soal ujian. Namun karena keadaan tubuhnya masih lemah, konsentrasinya pun berkurang.

Di Denpasar, Bali, I Komang Aditya Krishna Prathama terpaksa mengerjakan UN di RSUD Wangaya, Denpasar, Bali. Komang dirawat karena menderita penyakit demam berdarah. Beberapa siswa yang berstatus tahanan, terpaksa mengikuti ujian di balik jeruji besi.

Di Lamongan, Jawa Timur, dua siswa SMK gagal mengikuti UN akibat kecelakaan 2 hari sebelumnya. Mereka menderita patah tulang akibat terjatuh dari sepeda motor, usai mengikuti doa bersama di sekolah. Rencananya, kedua pelajar itu akan mengikuti ujian susulan pada 22 hingga 24 April mendatang.

Pelaksanaan UN juga diwarnai banyak peristiwa menarik. Di Wonosobo, Jawa Tengah, Siti Aisyah mengerjakan ujian sambil menggendong bayinya yang baru berusia 4 bulan. Ibu muda itu sempat putus sekolah, tapi ia pantang menyerah demi menggenggam ijazah SMA.

Semangat UN tak hanya menjalari pelajar SMA. Di Kota Depok, Jawa Barat, beberapa orang lanjut usia semangat mengikuti UN. Salah satunya M Sulton Suprianto, 60 tahun. Selain Sulton, ada Hadi Suarno 54 tahun, dan Lukmanul Hakim 44 tahun. Ketiganya mengikuti UN Paket C untuk memperoleh ijazah setingkat SMA.

Tak Lepas Dari Kecurangan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan UN 2014 mengundang pro dan kontra. Di jejaring sosial Twitter, UN yang berlangsung mulai 14 – 16 April menjadi trending topic. Pelaksanaan UN juga masih diwarnai kecurangan dan tindakan tidak etis, baik oleh peserta maupun pengawas ujian.

Di Rembang, Jawa Tengah, peserta UN dari kelompok kejar paket C, tak malu-malu untuk mencontek. Mereka juga tak segan berbicara di ruang ujian.

Hari kedua pelaksanaan UN di kota Tegal, Jawa Tengah, warga menyita lembar kunci jawaban dari sekelompok pelajar SMA yang sedang membagi-bagikan fotokopi lembar jawaban tersebut. Namun menurut Dinas Pendidikan kota Tegal, lembar kunci jawaban mata pelajaran matematika itu palsu.

Sebelumnya, untuk mengantisipasi kecurangan saat UN, sejumlah sekolah di tanah air memasang kamera pengawas di ruang ujian. Seperti di SMAN 3 Kota Cimahi, Jawa Barat, sekolah memasang 42 kamera CCTV untuk mengawasi 388 peserta UN.

Hal yang sama diterapkan di SMAN 1 Blitar, Jawa Timur. Selain ada 2 pengawas yang berada di dalam kelas, UN juga diawasi kamera CCTV yang terpasang di setiap ruang ujian. Begitu juga di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pekanbaru, Riau. Pelaksanaan UN diawasi kamera CCTV yang terpasang di tiap sudut ruangan kelas. Sedikitnya 32 kamera CCTV terpasang di sekolah ini dengan pusat pemantauan di ruang kepala sekolah.

Suasana hening di ruang ujian tak hanya memberikan rasa tenang kepada peserta ujian. Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 kota Baubau, Sulawesi Tenggara, ketenangan ini ternyata memancing rasa kantuk petugas pengawas UN dari Dinas Pendidikan. Dari kamera CCTV, seorang petugas pengawas terlihat pulas di mejanya. Sementara pelajar sibuk menjawab soal ujian. (Tanti Yulianingsih)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya