Formappi: Koalisi PDIP-Gerindra Berat

Pasang surut hubungan politik terjadi antara PDIP dan Partai Gerindra, sejak Joko Widodo dideklarasikan sebagai capres.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 16 Apr 2014, 01:02 WIB
Sebanyak 3 alat penyadap ditemukan di beberapa ruangan rumah politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.

Liputan6.com, Jakarta - Pasang surutnya hubungan politik antara PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra, sejak Joko Widodo dideklarasikan sebagai calon presiden (Capres) 2014, membuat kalangan menilai koalisi antara keduanya tak mungkin terjadi. Karena pihak Gerindra menganggap kubu PDIP telah melanggar Perjanjian Batu Tulis.

Terlebih perolehan Gerindra pada pemilu legislatif dari hasil quick count beberapa lembaga survei, juga berada di urutan ketiga.

"Sulit, berat untuk PDIP dan Gerindra menyatu dan berkoalisi. Keduanya punya ego masing-masing dan sama-sama ingin usung capres sendiri, meskpiun keduanya nggak sampai 20 persen suara pilegnya," kata Ketua Formappi Sebastian Salang, di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2014).

Sebastian berujar, baik PDIP maupun Gerindra sudah sangat percaya diri dengan capresnya masing-masing. Menurutnya, dengan rasa percaya diri itu kedua partai tersebut melakukan penjajakan dengan semua partai yang dianggap meramaikan saja.

"Ya kendalanya karena keduanya sudah sangat pede (percaya diri) pada capresnya masing-masing. Karena itu mereka berfikir pertarungan pilpresnya 2014 itu cuman Jokowi dan Prabowo," ungkapnya.

"Karena itu harus disadari betul partai-partai lain, makanya mereka menganggap koalisi yang lain itu meramaikan. Ini harus ada perubahan," tandas Sebastian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya