Liputan6.com, Tripoli - Duta Besar Yordania untuk Libya diculik pada hari Selasa 15 April 2014, oleh pria bersenjata yang menuntut militan Islam dibebaskan dari penjara Yordania. Mereka menuntut pertukaran untuk kebebasan diplomat itu.
"Orang-orang bertopeng dan bersenjata menembak dan melukai pengemudi mobil Duta Besat Fawaz al-Itan, saat mereka menculiknya dari sebuah jalan di ibukota Tripoli," kata Kementerian Luar Negeri Libya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (16/4/2014).
Essam Baitelmel, anggota tim Libya yang menyelidiki penculikan itu mengatakan para penculik menuntut pembebasan Mohamed Dersi, seorang militan Islami Libya yang dipenjara seumur hidup pada tahun 2007. Mohamed Dersi dihukum akibat merencanakan peledakan bandara utama di Yordania.
"Para penculik membuat tuntutan mereka melalui panggilan ke ponsel duta besar, yang tertinggal di dalam mobil setelah penculikan itu," kata Baitelmel. "Mereka mengatakan diplomat itu tak terluka".
Meski telah mengeluarkan berita resmi terkait penculikan tersebut, Menteri Luar Negeri Libya Mohamed Abdelaziz, belum secara resmi mengkonfirmasi bahwa pemerintah telah menerima dan akan mengabulkan permintaan dari para penculik.
Sementara itu, Perdana Menteri Yordania Abdullah Ensour mengatakan kepada parlemen, pemerintah akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi nyawa sang diplomat dan melepaskannya.
Tapi, permintaan para penculik bisa menjadi preseden berbahaya bagi Yordania, yang merupakan sekutu penting AS dalam perang melawan Al Qaeda.
"Yordania saat ini telah mengurung beberapa orang militan top Al Qaeda seperti Mohammad al Makdisi dan Abu Qatada. Kesepakatan atas Dersi, dapat mendorong militan lain mengikuti, dan meminta pembebasan militan-militan yang ditahan. Jadi, keputusan yang sangat sulit," kata seorang pejabat intelijen senior Yordania yang tak disebutkan identitasnya.
Hingga Selasa malam, pemerintah Libya masih belum dapat menemukan siapa pelaku penculikan itu. Belum diketahui apakah pelakunya sejumlah kecil individu atau kelompok yang lebih besar.
"Kami mencoba untuk memahami kelompok ini... kami belum menerima permintaan secara resmi," kata Adbelaziz.
"Beberapa bulan yang lalu, kami membuat permohonan kepada pemerintah Yordania untuk mentransfer tahanan (Dersi) di sini. Tapi kami tidak tahu apakah hal ini mungkin," ungkap Adbelaziz.
Akibat peristiwa itu, Royal Jordanian dilaporkan menghentikan penerbangannya ke Tripoli.
Kejadian Umum
Seperti dilansir dari Reuters, penculikan adalah hal umum di Libya. Pejabat asing yang sering menjadi target.
Sejak awal tahun ini, 5 diplomat Mesir, seorang diplomat Tunisia dan seorang pejabat perdagangan Korea Selatan telah menjadi korban penculikan di kota itu.
Advertisement
Pemerintah sementara yang lemah, belum mampu menjinakkan mantan pemberontak dan militan Islam yang berjuang dalam pemberontakan menggulingkan Muammar Khadafi pada tahun 2011.
Serangan-serangan seperti itu juga akhirnya 'menumbangkan' para pejabatnya satu per satu. Pekan lalu, Perdana Menteri interim Libya mengundurkan tak lama diangkat. Alasannya, orang-orang bersenjata telah mencoba untuk menyerang keluarganya. [Baca Juga: ]
Pejabat lokal, polisi dan personel militer juga kerap menjadi target penculikan itu. Begitu juga dengan orang-orang asing yang ada di sana.
Sebelumnya pada bulan Desember 2013, seorang guru Amerika ditembak mati di Benghazi. Pada bulan Januari 2014, seorang pria asal Inggris dan seorang wanita asal Selandia Baru ditembak di sebuah pantai di barat Tripoli. Sebulan kemudian, 7 orang Mesir ditemukan tewas dengan cara yang sama.