Tegang Jelang Persalinan, Prinsipnya 3P Biar Lancar

Bila wanita memenuhi prinsip 3P maka proses persalinan akan berjalan lancar dan anak yang ada di kandungan, lahir dalam keadaan sehat.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 16 Apr 2014, 19:00 WIB
Bila wanita memenuhi prinsip 3P maka proses persalinan akan berjalan lancar dan anak yang ada di kandungan, lahir dalam keadaan sehat.

Liputan6.com, Jakarta Wanita sering merasa tegang ketika menanti masa persalinan tiba. Bila wanita memenuhi prinsip 3P (power, passenger, dan passage) maka proses persalinan akan berjalan lancar dan anak yang ada di kandungan, lahir dalam keadaan sehat dan selamat.

"Power adalah kekuatan kontraksi rahim atau kekuatan ibu ketika mengejan, passanger isinya hanyalah bayi, dan passage adalah jalan hamil. Ketiganya harus saling mendukung," kata Dokter Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospital Semanggi, dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes dalam acara `SOHO #BetterU: Peran Oksitosin pada Induksi Persalinan` di Jakarta, Rabu (15/4/2014)

Ardiansjah mengatakan bila salah satu ada yang tidak cocok, maka bayi tidak akan lahir. Misalnya saja wanita memiliki power, ukuran bayi normal, tapi jalan lahir tidak ada atau mulut rahim belum terbuka. "Atau juga panggul ibunya kekecilan, maka bayi itu tidak akan keluar," kata dia menambahkan.

Selain itu, hal yang sama akan terjadi pada bayi yang tergolong besar dan si ibu memiliki panggul yang normal. Bila si ibu memiliki anak pertama yang tergolong normal dan memiliki berat badan sekitar tiga kilogram, bayi kedua tidak akan bisa keluar jika diprediksi memiliki berat melebihi anak pertamanya.

"Terkadang, kalau ibu memiliki power yang kurang, kita (tim medis) akan meneteskan oksitosin, pemberian induksi," kata Ardinsjah menjelaskan.

Oksitosin adalah hormon pada tubuh manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi pada dinding rahim, sehingga membantu proses persalinan kelahiran. "Hormon ini juga dapat mengekskresi air susu ibu (ASI) setelah proses persalinan," kata Ardinsjah menjelaskan.

Pada banyak penelitian, oksitosin sering disebut dengan hormon cinta karena mampu membuat hubungan suami istri lebih aktif. Tapi, penelitian ini belum diketahui pasti kebenarannya.

"Saat ini secara luas digunakan sebagai stimulan uterus. Selain itu, digunakan untuk induksi persalinan atau perbaikan kontraksi uterus dan perdarahan post partum," kata Ardiansjah.

Karena oksitosin berada di otak kecil wanita maka ketika akan melahirkan tidak muncul tanda-tanda kontraksi, berarti ada kesalahan yang terjadi di otak kecilnya.

"Kalau tidak muncul juga, tandanya sinyalnya kurang. Tapi, bila tidak keluar juga selama dua hari, dan tidak ada induksi, kemungkinan reseptor oksitosin di rahim tidak bagus. Akibatnya, tidak dapat dimanipulasi, dan si ibu tidak bisa melahirkan normal, harus melalui operasi caesar," kata Ardiansjah menerangkan.

Untuk penggunaan oksitosin sebagai induksi persalinan, tambah Ardiansjah, dapat digunakan dengan berbagai macam cara. Tapi, yang sering dianjurkan adalah dengan cara infus intravena.

Keuntungan pemberian melalui intravena adalah saat di mana pemberian dosis dapat diketahui dengan jelas, dan jika terjadi penyulit dapat segera dihentikan kapan pun. "Pemberian melalui infus intravena dapat dilakukan dengan dosisi tinggi atau dosis rendah. Di mana efektifitasnya tidak berbeda secara bermakna," kata Ardiansjah.

Ardiansjah juga menerangkan, keberhasilan induksi persalinan dengan oksitosin antara 63 sampai 93 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya