Liputan6.com, Jakarta - PPP secara resmi menyatakan merapat ke Partai Gerindra dengan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Padahal, sehari sebelumnya, parpol-parpol Islam mewacanakan berkoalisi mengusung calon presiden sendiri.
Dengan bergabungnya PPP ke Gerindra, wacana koalisi parpol-parpol Islam pun rontok. Bahkan, sejak awal gabungan parpol-parpol Islam itu telah diprediksi sulit terwujud.
"Koalisi Poros Tengah yang dibicarakan partai-partai berbasis massa Islam itu sudah rontok dan sulit terwujud," ungkap Direktur Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (18/4/2014).
Selain karena telah menyeberangnya PPP ke koalisi partai nasionalis, menurut Umar, ada 3 kendala lain terwujudnya koalisi parpol Islam. Pertama di antara 5 partai Islam tidak ada satupun tokoh kuat dan kharismatis yang bisa diterima kelima partai, PPP, PAN, PKS, PBB, dan PKB, sekaligus dinominasikan sebagai capres.
"Kedua, politik aliran dan egoisme keyakinan masih merintangi terwujudnya persatuan di antara kelima partai tersebut. Ketiga, kecenderungan pragmatisme dan orientasi kekuasaan lebih menonjol dari pada idealisme di kalangan partai-partai Islam," jelas Umar.
Padahal, Presiden PKS Anis Matta menyatakan, pertemuan tokoh-tokoh parpol Islam dan berbasis Islam di Cikini, Kamis 17 April malam itu kemungkinan mengusung bakal calon presiden dari Koalisi Poros Tengah.
"Ini waktunya untuk memikirkan kemungkinan kita memiliki capres sendiri dari parpol-parpol Islam ini," kata Anis.
Hal itu dilihat Anis dari perolehan suara partai-partai Islam dan berbasis Islam. Seperti PKB yang masuk posisi 5 besar dengan 9% suara. Begitu juga PAN, PPP, dan PKS yang memiliki jumlah suara yang mengalami peningkatan.
"Jadi targetnya hanya menyamakan persepsi dulu, bahwa perolehan suara parpol Islam ini sangat signifikan. Di antara parpol Islam dengan perolehan seperti ini sudah waktunya memikirkan untuk mengajukan calon untuk bertarung di pilpres mendatang," jelas Anis.
Advertisement
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais juga menilai, minimnya suara itu membuat partai Islam tak dapat mengusung capres-cawapres sendiri. Untuk itu, sejumlah tokoh Islam akan membicarakan hal tersebut.
"Partai Islam itu hanya 35 persen," tegas Amien.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menyatakan, partai Islam tidak akan akan mampu memikul beban kebangsaan secara sendiri. Kerja sama dengan partai lain mutlak diperlukan. "Jangan ada bayangan seolah-olah partai Islam itu bisa memikul beban sendirian, itu tidak mungkin. Harus kerja sama," tukas Amien.