Liputan6.com, Washington.DC Warga Amerika Serikat dilaporkan telah menandatangani petisi di situs resmi Gedung Putih dalam upaya mengirim bintang pop Justin Bieber untuk dipulangkan kembali ke Kanada terkait banyaknya kasus yang telah disebabkannya belakangan ini. Hal ini adalah akumulasi kemarahan warga Amerika setelah tertangkapnya Bieber dengan tuduhan balapan liar, mabuk, narkoba, serta kasus-kasus sebelumnya seperti pelemparan telur di rumah tetangganya di Calabasas, California, Amerika Serikat.
Justin Bieber terancam dideportasi atau dikembalikan ke negara asalnya. Tentu saja hal ini adalah kemungkinan terburuk yang bisa terjadi lantaran kelakuannya yang dinilai sudah sangat meresahkan masyarakat [baca juga: Puluhan Ribu Orang Amerika Minta Justin Bieber Dideportasi].
Menurut laporan, sedikitnya 275 ribu warga AS menandatangi petisi We The People untuk memulangkan Justin Bieber. Jumlah itu terus bertambah seiring banyaknya waktu. Meski begitu, program ini masih belum ditanggapi oleh pemerintah Amerika Serikat.
"Terima kasih atas petisi yang kalian berikan dan keikutsertaan dalam We The People. Namun kami minta maaf telah mengecewakan. Kami tak akan menanggapi hal ini," ujar wakil dari Gedung Putih, dilansir dari Contactmusic, Minggu (20/4/2014).
Padahal, Gedung Putih biasanya akan langsung menanggapi jika petisi dari warga lebih dari 100 ribu orang. Namun entah apa alasan mengapa Gedung Putih tak memberikan respon mengenai permintaan warga yang ingin Justin Bieber kembali ke negara asalnya.
"Kami tak akan memberikan komentar mengenai kasus Justin Bieber. Tapi kami senang kalian tertarik dengan isu imigrasi," tambah pernyataan tersebut.
Justin Bieber dinggap sangat bermasalah dan memberikan pengaruh buruk bagi warga AS. Ia disebut tak pantas lagi menetap di AS. "Kami ingin melihat Justin Bieber yang berbahaya, sembrono, perusak, dan pengguna narkoba itu dideportasi dan izinnya dicabut. Dia tidak hanya mengancam keselamatan banyak orang tapi juga keberlangsungan anak muda. Kami ingin menghilangkan Justin Bieber dari masyarakat ini," kata orang-orang itu.
Advertisement