Ada Campur Tangan Bos BI Soal Akuisisi BTN oleh Bank Mandiri?

Ketua Umum Serikat Pekerja BTN, Satya Wijayantara menduga, ada campur tangan Gubernur BI Agus Martowardojo dibalik rencana akuisisi BTN.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Apr 2014, 17:03 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Serikat Pekerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Satya Wijayantara menduga, ada campur tangan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dibalik rencana akuisisi BTN oleh PT Bank Mandiri Tbk.

"Ada peran Pak Agus Martowardojo dalam akuisisi ini, mengingat BTN diakuisisi bukan dari dana Bank Mandiri tapi dari obligasi rekap yang belum diserap pasar. Kan Agus Marto pernah jadi direktur utama Bank Mandiri," kata Satya di kantor pusat BTN, Jakarta, Minggu (20/4/2014).

Sekadar informasi, Direktur Utama Bank Mandiri saat ini, Budi Gunadi Sadikin pernah menyebut, perseroan memiliki obligasi rekap dengan total senilai Rp 70 triliun. Obligasi tersebut sangat cukup untuk mendanai rencana aksi korporasi besar itu.

Lanjut Satya, kinerja Bank Mandiri sekarang ini tengah merosot. Dan hal ini akan sangat berisiko bagi masa depan BTN apabila rencana tersebut benar-benar terealisasi.

"Kinerjanya Bank Mandiri lagi merosot, nah ini akan berisiko tinggi buat BTN. Kalau turun, bisa saja Bank Mandiri jual KPR-KPR BTN," tegasnya.

Seperti diberitakan, penasihat BTN, Rizal Ramli menilai, alasan Bank Mandiri untuk mengakuisisi bank perumahan itu karena kinerja yang kian merosot.

"Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja Bank Mandiri makin lama makin payah. Kinerjanya merosot," ujar dia.

Gerak bisnis Bank Mandiri, kata dia, sudah kalah gesit dibandingkan dua bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

"Kalau dibiarkan, satu atau dua tahun lagi, BRI akan mengalahkan Bank Mandiri sebagai bank nomor satu di Indonesia, mengalahkan Bank Mandiri," jelasnya.

Akuisisi, tambah Rizal, merupakan alasan Bank Mandiri untuk memperbesar asetnya. "Supaya loncat asetnya dan kembali jadi nomor satu di Indonesia dengan cara kurang cerdas. Mau enaknya sendiri pakai cara instan," tukas dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya