Virus MERS Pontesial Bermutasi, Jumlah Kasus Meningkat

Kasus virus mematikan MERS di Arab Saudi mengalami lonjakan. Namun, wabah itu belum memenuhi syarat masuk sebagai epidemi.

oleh Melly Febrida diperbarui 21 Apr 2014, 15:00 WIB
(Foto: Time)

Liputan6.com, Riyadh Kasus infeksi akibat virus mematikan MERS di Arab Saudi mengalami lonjakan. Namun, wabah itu belum memenuhi syarat sebagai epidemi.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengonfirmasi ada 20 kasus baru  Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan dalam enam hari bertambah 49 infeksi. Sayangnya, penyakit ini belum ada obatnya seperti dilansir Reuters, Senin (21/4/2014).

MERS, coronavirus baru seperti SARS muncul di Arab Saudi dua tahun lalu. Sejauh ini sudah 244 orang yang terinfeksi di kerajaan, dan 76 di antaranya meninggal dunia. Namun, Menteri Kesehatan Abdullah al-Rabia mengatakan,  tak tahu penyebab kenaikan kasus ini. Menurutnya, belum ada bukti ilmiah yang membuat perlunya langkah-langkah pencegahan seperti larangan perjalanan.

Dia mengatakan belum tahu mengapa kasus di Jeddah jumlahnya bertambah, tapi mungkin bagian dari pola musiman. Karena pada tahun lalu, infeksi meningkat pada April dan Mei.

Tempat baru yang terdeteksi terinfeksi di Uni Emirat Arab dan Malaysia. Hingga kini belum ada vaksin atau pengobatan antivirus MERS. Tapi, otoritas kesehatan internasional dan Arab Saudi mengatakan, penyakit yang berasal dari unta itu tak mudah tertular antara manusia dan bisa mati dengan sendirinya. Tapi, para ahli kesehatan memperingatkan, bagaimanapun MERS berpotensi bermutasi, yang memungkinkan lebih mudahnya penularan dari manusia ke manusia.

Jumlah penderita MERS telah melonjak tiba-tiba selama dua minggu terakhir. Sebagian besar infeksi baru terjadi di Kota Jeddah, di mana sebanyak 37 orang terinfeksi sejak Senin, tujuh kasus parah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada akhir Maret bahwa ada 206 kasus infeksi MERS yang telah dikukuhkan laboratorium di seluruh dunia, 86 diantaranya fatal.

Kasus-kasus lain telah dilaporkan dari Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Yordania, Uni Emirat Arab, Oman dan Tunisia, serta beberapa negara Eropa.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya