Liputan6.com, Fuzhou Pagi pekan itu, langit Fuzhou, sebuah kota di sebelah tenggara propinsi Fujian di Tiongkok dipenuhi oleh beragam hewan berwarna-warni di udara. Ditambah langit yang sedang cerah, puluhan hewan yang ternyata adalah layang-layang itu terlihat semakin ceria dan semarak.
Bila angkasanya dipenuhi oleh layang-layang, lapangan Fujian Agriculture and Forestry University di Fuzhou dipenuhi kerumuman orang yang asik menarik ulur benang layangan seraya tertawa. Mulai dari anak kecil hingga orang-tua berkumpul bersama baik yang ikut bermain maupun yang hanya menonton saja.
Advertisement
Pagi itu, Sabtu (19/4/2014), Weifang International Kite Festival yang ke-31 sekaligus International Kite Championship Contest yang ke-10 resmi dibuka. Sekitar lebih dari 100 tim dari 60 negara seperti Italia dan Australia terbang ke kota ini untuk berpartisipasi dalam kompetisi bergengsi ini.
Beragam layang-layang mulai dari gambar naga, kuda, ikan, tokoh Sam Po Kong, hingga Marlyn Monroe bertebaran di angkasa Weifang. Namun yang paling populer adalah layang-layang bergambar kuda, karena tahun ini merupakan kekuasaan shio tersebut.
Diluncurkan pertama kali pada tahun 1984, Weifang International Kite Festival kini telah memasuki penyelenggaraan yang ke-31. Weifang sendiri merupakan nama salah satu kota di propinsi Shangdong, Tiongkok. Namun dibalik pemilihan nama kota ini, terselip sejarahnya sebagai tempat kelahiran Mo Di, seorang tokoh asal Tiongkok yang hidup 2,5 abad lalu dan dikenal menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuat burung kayu terbang. Kini, burung kayu terbang itu dikenal dengan nama layang-layang.
Daerah ini juga merupakan sentra kerajinan layang-layang di Tiongkok. Sekitar 100 pabrik layang-layang bermarkas disini, yang dikerjakan oleh penduduk setempat beserta keluarganya saat waktu luang.