Liputan6.com, Jakarta - Penjualan alat berat PT United Tractors Tbk masih tertekan pada kuartal I 2014. Hal ini ditunjukkan dari penjualan alat melemah 4,79% menjadi 1.211 unit pada kuartal I 2014 dari periode sama tahun lalu.
Kontribusi penjualan alat berat terbesar memang masih disumbangkan dari sektor tambang. Akan tetapi, kontribusi penjualan alat berat ini turun dari 51% pada kuartal I 2013 menjadi 36% pada kuartal I 2014.
Advertisement
Lalu kontribusi penjualan alat berat yang cukup besar dari sektor konstruksi yang naik menjadi 30% pada kuartal I 2014 dari periode sama tahun sebelumnya 18%. Penjualan alat berat dari sektor kehutanan naik menjadi 15% pada kuartal I 2013.
Sementara itu, kontribusi penjualan alat berat dari sektor agro turun dari 22% pada kuartal I 2013 menjadi 19% pada kuartal I 2014. Adapun penjualan alat berat perseroan mencapai 334 unit pada Maret 2014. Pangsa pasar perseroan tercatat sekitar 42% pada tiga bulan pertama 2014.
Harga batu batu masih tertekan masih mempengaruhi bisnis batu bara sehingga berdampak terhadap penjualan alat berat. Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk, Sara Lubis menuturkan, proyek infrastruktur masih positif mendukung penjualan alat berat dari sektor konstruksi.
"Tambang sudah jelas karena batu bara. Kalau agro turun karena aktivitas land clearing agak melambat, sedangkan kegiatan konstruksi dan infrastruktur masih baik," kata Sara, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (23/4/2014).
Selain itu, overbudden removal atau rasio pengelupasan tanah turun menjadi 200,6 juta bcm pada kuartal I 2014 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 201,1 juta bcm. Meski demikian, penjualan batu bara perseroan naik sekitar 36,39% menjadi 1,64 juta ton pada kuartal I 2014 dari periode sama tahun lalu sebesar 1,20 juta ton.
Berdasarkan riset PT Bahana Securities, performa kontraktor pertambangan pada kuartal I 2014 lebih baik dari yang diharapkan. Perseroan mendapatkan keuntungan dari kondisi cuaca baik sehingga mendukung penjualan batu bara pada kuartal I 2014.
Akan tetapi, sektor batu bara masih menjadi tantangan bagi perseroan. Hal itu mengingat harga batu bara Newcastle masih turun 14% year to date ke level US$ 73 per ton. Adapun sekitar 82% batu bara memberikan kontribusi untuk pendapatan perseroan.
Melihat kondisi itu, laba bersih perseroan diharapkan naik menjadi Rp 5,3 triliun pada 2014 dari tahun 2013 sekitar Rp 4,8 triliun. Sedangkan pendapatan diharapkan tumbuh menjadi Rp 55,95 triliun pada 2014.
Rekomendasi Saham
PT Bahana Securities merekomendasikan reduce untuk saham UNTR hal itu karena didorong risiko harga batu bara dan rupiah melemah. Target harga saham UNTR sekitar Rp 15.000 dengan price earning (PE) 10,5X.
Pada perdagangan saham Rabu (23/4/2014), saham UNTR bergerak di kisaran Rp 21.900 dengan transaksi Rp 33,6 miliar.