Tak Cuma RI, UKM di Asia Masih Jadi Anak Tiri Bank

Kondisi UKM di Asia, tak terkecuali Indonesia masih kesulitan melakukan pinjaman modal ke perbankan.

oleh nurmayanti diperbarui 24 Apr 2014, 17:02 WIB
"Prediksi kami ongkos produksi akan melambung" ujar Kurniawan Saprizal (42) pria asal Padang, salah satu pemilik UKM di kawasan PIK.(Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi UKM di Asia, tak terkecuali Indonesia masih kesulitan melakukan pinjaman modal ke perbankan. Padahal rata-rata di negara Asia menjadikan UKM sebagai motor penggerak roda perekonomian.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani mengatakan, kontribusi UKM bagi penguatan ekonomi daerah sangat besar sehingga semua pihak harus melakukan upaya-upaya penguatan UKM agar bisa meningkatkan produktivitas dan lebih berdaya saing.

“Sektor UKM daerah sudah seharusnya dapat menjadi andalan penopang perekonomian nasional, terlebih lagi bagi UKM yang sudah bisa melakukan ekspor,” jelas dia, Kamis (24/4/2014).

Rosan juga menilai, dengan potensi yang ada, masa depan Indonesia ada di daerah-daerah. Di tingkat daerah, potensi demikian beragam mulai dari pariwisata, pertambangan, pertanian hingga industri kecil-menengah, dan lain-lain.

“Masing-masing daerah memiliki keunggulannya, kita harapkan pemerintah daerah juga bisa semakin menyadari dan mempraktekkan akan pentingnya kebijakan daerah yang business friendly,” jelas dia.

Untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, sebagian besar pelaku UKM menemui kendala seperti minimnya dukungan pembiayaan karena aksesnya yang terbatas kepada lembaga perbankan.

“Sebagian besar pelaku UKM dinilai masih belum bankable sehingga terkendala dalam akses pembiayaan untuk mengembangkan usaha,” kata Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Modal Ventura dan Pembiayaan Alternatif Safari Azis.

Berkaitan dengan itu, Kadin Indonesia melalui lembaga pembiayaan Palapa Nusantara Berdikari menyatakan komitmennya untuk mendukung UKM daerah yang belum bankable dengan memberikan fasilitas pembiayaan dan modal usaha.

Sedikitnya, lembaga pembiayaan bentukan Kadin itu telah menyalurkan bantuan modal kerja hingga Rp 3 miliar kepada UKM-UKM di berbagai daerah Indonesia dengan plafon minimal Rp 50 juta dan maksimal Rp 500 juta per pelaku usaha.

Saat ini, kata Safari, pemerintah dan pelaku usaha harus bersinergi untuk mendorong ekspor komoditas unggulan yang potensial di daerah-daerah sehingga dapat berkontribusi meningkatkan perekonomian melalui pertambahan nilai, tak terkecuali bagi lingkup UKM.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Kalteng mencapai US$ 87,82 juta per Januari 2014 dengan komoditas unggulan bahan tambang dan galian (emas, perak, pasir zircon, dan batu bara), minyak nabati (kelapa sawit), kayu dan barang dari kayu (plywood, moulding,dowel, dll), Rotan, serta karet dan produk dari karet. 

“Dengan potensi yang besar dari komoditas-komoditas lainnya, kita yakin para pelaku usaha Kalteng bisa meningkatkan ekspornya, khususnya UKM. Oleh karenanya semua fasilitas pembiayaan diharapkan dapat mendukung atas upaya itu mulai dari bantuan modal kerja, pembiyaan dari perbankan, hingga asuransi ekspornya” ungkap Safari.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya