Liputan6.com, Washington - Layanan pencitraan satelit Google Earth memiliki fungsi yang dapat membantu berbagai jenis kegiatan ilmiah. Terkini, Google Earth kabarnya sangat diandalkan oleh para peneliti dari Universitas Missouri guna memantau pola hidup suku-suku pedalaman di wilayah hutan Amazon perbatasan antara Peru dan Brasil.
Para peneliti menilai pemantauan yang dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit merupakan satu-satunya metode teraman untuk melacak masyarakat adat di wilayah pedalaman Amerika Selatan yang terkenal akan keganasan alamnya.
Mengutip laman Daily Mail, Sabtu (26/4/2014), hasil data dari pemantauan ini diyakini dapat memberikan perspektif terkait pola cocok tanam, kesehatan penduduk suku, hingga cara-cara bertahan hidup lainnya. Namun yang terpenting adalah, pencitraan satelit dapat menunjukkan di mana lokasi pasti kelompok suku pedalaman tersebut tinggal.
Dengan mengetahui lokasi posisi tempat tinggal kelompok suku pedalaman tersebut, diharapkan dapat dilakukan berbagai macam aksi konservasi guna melindungi mereka dari kepunahan yang diakibatkan pengaruh dunia luar.
"Sebuah desa kecil yang terisolasi seperti ini menghadapi ancaman kepunahan. Namun kontak dari dunia luar akan menimbulkan permasalah lain, maka cara penelitian tanpa menyentuh mereka ini sangat dianjurkan. Sebuah program pemantauan jarak jauh menggunakan citra satelit yang diambil secara berkala akan membantu melacak gerakan dan kesehatan demografis penduduk tanpa mengganggu kehidupan mereka," ungkap Rob Walker, pimpinan peneliti dari Universitas Missouri.
Hutan Amazon di wilayah perbatasan antara Peru dan Brazil sendiri memang diketahui rawan akan eksplorasi kekayaan alam. "Pembalakan hutan, pertambangan ilegal dan kolonialisasi dari dunia luar mengancam keberadaan mereka," lanjut Walker.
Advertisement