Kepala Sekolah JIS Tak Tahu Sosok Paedofil Seksual Incaran FBI

James William Vahey, mantan pengajar di JIS itu diketahui sebagai seorang paedofil yang telah lama menjadi incaran petugas FBI.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 25 Apr 2014, 21:28 WIB
Pria bernama William James Vahey, terdakwa kasus tindak asusila terhadap banyak anak laki-laki, dikabarkan pernah menjadi guru di JIS

Liputan6.com, Jakarta - James William Vahey, mantan pengajar di Jakarta International School (JIS) diketahui sebagai seorang paedofil yang telah lama menjadi incaran biro investigasi Federal Amerika Serikat (FBI). Ia sempat membuat heboh pihak JIS. Sebab, guru tersebut mempunyai rekam jejak sebagai pelaku pelecehan seksual terhadap anak.

Namun, Kepala Sekolah Jakarta International School (JIS) Timothy Carr mengaku tidak mengetahui tentang rekam jejak mantan pengajarnya itu di sekolahnya. Menurutnya, pada saat Vahey mengajar di JIS selama 1992 hingga 2002, dirinya belum menjabat sebagai kepala sekolah elite itu.

"Saya tidak tahu, karena saat itu bukan saya yang bekerja. Saya hanya tahu keluarganya sudah pindah dan saya tidak tahu alasannya apa," kata Timothy di JIS, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (25/4/2014).

Timothy menjelaskan, saat ini sekolah yang dipimpinnya itu memiliki standarisasi yang tinggi, dalam proses rekrutmen tenaga pengajar. "Dan kita saat ini memiliki high recruitment dan kita pasikan tidak akan terjadi lagi hal seperti kemarin. Yang paling penting adalah melindungi anak-anak," tegasnya.

Tak Mau Kecolongan Lagi

Belajar dari pengalaman kasus ini, Timothy tidak mau kecolongan lagi. Ia tidak akan merekrut tenaga pengajar yang mempunyai rekam jejak buruk. Apalagi pernah terlibat kasus kekerasan dan pelecehan seksual.

"Karena kita memiliki the best screening dan paedofil tidak akan bisa masuk," kata Timothy.

Menurut Timothy, pihaknya akan menerapkan sistem rekrutmen tenaga pengajar yang lebih ketat. Hal itu untuk mencegah kembali, adanya tenaga pengajar atau pun pekerja yang mempunyai rekam jejak buruk, ataupun kelainan seksual.

"Kita akan membuat sistem yang lebih ketat dari sebelumnya, untuk bisa mendiagnosa paedofil mengincar anak-anak kita. Kita juga akan melatih staf kita, guru, anak, dan ortu (orangtua) agar aman selalu," tandas Timothy.

Temui Korban Lain

Timothy mengaku, selain bocah A, pihaknya juga telah menemui korban lainnya. Namun, ia memastikan korban tersebut bukan korban kekerasan dan pelecehan seksual, melainkan korban kekerasan fisik.

"Kita sudah bertemu korban kedua, dan kita menemukan kekerasan fisik," kata Timothy.

Meski telah bertemu dengan korban lainnya, Tim menambahkan, pihaknya akan terus mengonfirmasi kebenaran tentang kekerasan fisik yang dialami korban tersebut. Sayang, ia belum bersedia menyebutkan siapa korban yang dimaksud.

"Tapi itu belum terkonfirmasi apakah benar. Dan kita akan terus follow up," pungkas Tim.

Kasus kekerasan seksual kepada bocah berumur 6 tahun ini mulai muncul ke publik awal April lalu. Polda Metro Jaya telah menetapkan 2 tersangka kasus ini, yakni Agun Iskandar dan Firgiawan Amin.

Setelah melakukan uji laboratorium terhadap 28 petugas kebersihan JIS, polisi kembali menetapkan 3 tersangka baru hari ini, 2 laki-laki dan seorang adalah perempuan. 2 Dari 3 tersengka baru tersebut dipastikan mengidap penyakit herpes, sama seperti yang diidap di tubuh korban, bocah A.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya