Liputan6.com, Jakarta - Menteri perikanan dan komandan penjaga pantai Korea Selatan, menjadi sasaran kemarahan keluarga korban kapal feri Sewol, yang masih hilang sejak dikabarkan tenggelam, 16 April 2014 lalu.
Seperti dilansir dari BBC, Jumat (15/4/2014), kedua pejabat itu dikelilingi anggota keluarga yang marah di sebuah tenda di Pulau Jindo, lokasi di mana operasi penyelamatan dikoordinasikan. Keduanya berusaha menjelaskan operasi pencarian sepanjang Kamis 24 April malam.
Paling tidak 183 penumpang dinyatakan tewas, 121 lainnya masih dinyatakan hilang. Terdapat 476 orang di dalam kapal, kebanyakan terjebak di dalam, saat kapal terbalik dan tenggelam dalam 2 jam setelah sinyal darurat dikirimkan. Sementara174 orang dinyatakan selamat.
Umumnya, korban meninggal atau diperkirakan meninggal adalah murid dan guru sekolah menengah Danwon, di selatan Seoul. Dalam sebuah kunjungan ke Seoul, Jumat, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan turut berduka atas 'kehilangan besar' yang dialami Korea Selatan dan menyampaikan solidaritas Amerika.
"Saya bisa merasakan apa yang dialami para orangtua saat ini, kesedihan yang mendalam," kata Obama.
Saat ini sedang dilakukan penyelidikan, tentang apakah modifikasi yang dilakukan hingga membuat Sewol menjadi lebih tidak stabil.
Sudah 10 hari kapal feri Sewol tenggelam di perairan Korea Selatan, sejak 16 April 2014. Jumlah korban tewas pun terus bertambah, setelah pencarian di hari kesembilan Kamis 24 April kemarin.
Sementara laporan terbaru seperti dilansir dari CNN, Jumat (25/4/2014), jumlah korban tewas mencapai 180 orang pada pencarian yang berakhir Kamis 24 April. Sedangkan sebanyak 122 orang lainnya dinyatakan masih hilang.
Mereka yang hilang diyakini mereka masih terjebak di dalam kapal Sewol yang sudah tenggelam sepenuhnya.
Menurut penuturan pejabat patroli laut Korsel, tim penyelam berkonsentrasi untuk melakukan pencarian di dek 3 dan 4 kapal. Di tempat itu, diyakini menjadi lokasi paling banyak pernumpang terjebak masih hilang.
Dari total 476 penumpang dan awak yang ada di atas feri seberat 8.625 ton itu, 325 di antaranya adalah murid Danwon High School di Ansan yang hendak berwisata ke Pulau Jeju.
Hingga Jumat ini, baru 174 orang, termasuk kapten kapal dan beberapa awaknya yang berhasil diselamatkan. Namun kapten dan awaknya yang selamat, justru mendapat kritikan dari kerabat penumpang Sewol yang meninggal atau masih hilang.
Akibat Sewol tenggelam, 44 eksekutif dan pemegang saham Chonghaejin Marine Co --perusahaan tempat Sewol bernaung-- dilarang meninggalkan negara itu. Termasuk CEO Kim Han - shik, pria berusia 72 tahun yang menghilang dari mata publik setelah konferensi pers terkait tenggelamnya Sewol.
Menteri Perikanan Korsel Jadi Sasaran Kemarahan Korban Sewol
Pejabat itu dikelilingi anggota keluarga yang marah di sebuah tenda di Pulau Jindo, lokasi di mana operasi penyelamatan dikoordinasikan.
diperbarui 25 Apr 2014, 23:29 WIBPejabat itu dikelilingi anggota keluarga yang marah di sebuah tenda di Pulau Jindo, lokasi di mana operasi penyelamatan dikoordinasikan.
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 Energi & TambangHarga Emas Antam Turun Lagi, Simak Rincian di 16 November 2024
9 10
Berita Terbaru
Para Ahli Desak Produksi Plastik Global Segera Dikurangi, Ini Alasannya
Waspada DBD di Musim Hujan, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik Jadi Kunci Lawan Dengue
MAB Distributor Indonesia Gandeng Yutong, Perluas Pasar Truk Berat Listrik di Indonesia
Fakta Unik Danau Cinta di Papua, Wisata Alam Berbentuk Seperti Hati
Melimpah di Indonesia, Sawit Digadang jadi Sumber Energi dan Pangan Masa Depan
Angger Dimas Ayah Dante Minta Tolong Prabowo dan Admin Gerindra Usai Yudha Arfandi Ajukan Banding
Minim Kreativitas, Arsenal Bidik Gelandang Muda Como
Prabowo Tegaskan Dukungan Indonesia Terhadap Perdagangan Terbuka dan Adil di APEC 2024
DMMX Tawarkan Solusi Bisnis Ritel Berbasis AI
Wakil Mesir Jadi Kontestan Miss Universe 2024 Pengidap Vitiligo Pertama, Sempat Tutupi Kondisi Kulitnya
Inilah 4 Dosa Kecil yang Berpotensi Menjadi Dosa Besar, Jangan Sepelekan!
Curi 120 Ribu Bitcoin, Pria di AS Dihukum Penjara 5 Tahun