Punya Satelit Pertama di Dunia, SBY: Tonggak Sejarah Bagi BRI

Presiden SBY mengapresiasi dan mendukung langkah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk membangun proyek satelit jaringan komunikasi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Apr 2014, 13:00 WIB
Presiden SBY mengapresiasi dan mendukung langkah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk membangun proyek satelit jaringan komunikasi.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengapresiasi dan mendukung langkah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk membangun proyek satelit jaringan komunikasi bernama BRIsat. Dengan satelit tersebut, seluruh warga Indonesia dapat menikmati akses keuangan dan perbankan.

Dalam Konferensi Pers usai Penandatanganan Kontrak Kerjasama BRI dengan Space System/Loral dan Arianespace dalam Program Satelit BRI, SBY mengucapkan selamat dan memberi penghargaan kepada BRI atas prakarsa serta upaya gigihnya untuk mengadakan satelit supaya usahanya makin berkembang pesat di seluruh tanah air.

"Saya ucapkan terima kasih pula kepada Menteri Kemkominfo, Menteri BUMN agar BRI membangun satelit sendiri. Ini merupakan tonggak sejarah penting bagi BRI karena menjadi bank pertama di dunia yang akan memiliki satelit dan sangat berguna bagi perkembangan bisnisnya," jelasnya dia di kantor pusat BRI, Jakarta, Senin (28/4/2014).

Lebih jauh SBY mengatakan, upaya tersebut merupakan salah satu langkah untuk membawa perbankan pelat merah ini menjadi bank terdepan untuk mewujudkan program financial inclusion yang menyalurkan kredit mikro atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Supaya UKM terus berkembang di negara ini dan menjangkau seluruh pelosok di tanah air. Sehingga kami minta doalnya agar cita-cita kami membawa kebaikan masyarakat Indonesia segera terwujud," terang dia.

Dengan satelit tersebut, tambah SBY, rakyat Indonesia akan mampu terlayani dengan baik sehingga tak ada lagi warga negara yang tertinggal akses keuangan dan perbankan.

Direktur Utama BRI, Sofyan Basri menambahkan, Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan tak mampu terjangkau kabel bawah laut yang belum seluruhnya terealisasi hingga ujung Timur Indonesia.

"Pulau-pulau terpencil dan pedalaman bisa terlayani dengan hanya satu genset karena ada 45 transponder di satelit itu. Jadi biayanya akan jauh lebih murah dan menjangkau lebih banyak warga," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya