Dimas Tewas oleh Senior, STIP Tetap Jadi Primadona Calon Pelaut

Rusadi (19), diantar kakaknya datang ke STIP untuk mendaftar sebagai calon Taruna STIP. Dia tak takut dengan kasus tewasnya Dimas.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 28 Apr 2014, 15:58 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Marunda, Jakarta Utara tetap menjadi primadona bagi sebagian siswa yang baru lulus SMA. Mereka tidak peduli dengan kasus penganiayaan hingga meninggalnya Dimas Dikita Handoko (19) oleh seniornya.

Rusadi (19), diantar kakaknya datang ke STIP untuk mendaftar sebagai calon Taruna STIP. Dia tak takut dengan adanya kasus penganiayaan yang menewaskan Dimas Dikita.

"Nggak, ngapain takut, itu sudah biasa," kata Rusadi di STIP, Jakarta Utara, Senin (28/4/2014).

Pernyataan serupa juga diungkapkan Aditya (19), yang mengaku ingin sekali menjadi pelaut. Dia tak mempermasalahkan ada senioritas di sekolah pelayaran tersebut. Karena, untuk menjadi seorang pelaut, harus melewati rintangan yang berat.

Rusadi dan Aditya bersama puluhan anak yang baru lulus, mendaftarkan diri di STIP. Mereka datang secara bergerombol, dan adapula yang diantar orangtuanya.

Dimas, salah satu taruna tingkat 1 STIP yang diduga tewas akibat dianiaya para seniornya di rumah kos kawasan Cilincing, Jakarta Utara, pada 26 April 2014 sekitar pukul 00.30 WIB. Dari hasil pemeriksaan, Dimas tewas lantaran penganiayaan ke 7 seniornya.

Pelaku yang ditangkap polisi yakni, ANG, FACH, AD, Satria, Widi, Dewa, dan Arif. ANG, FACH, dan AD yang memukul korban hingga tewas. Untuk pelaku Satria, Widi, Dewa, dan Arif turut serta menganiaya para korban.

Akibat perbuatannya, para pelaku dijerat pasal 353 KUHP dan pasal 351 ayat 2 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun penjara. (Raden Trimutia Hatta)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya