Zoya Amirin, Jadi Psikolog Seks Karena Tak Puas Jawaban Orangtua

Berawal dari tak terjawabnya pertanyaan-pertanyaan masa remaja, Zoya memutuskan masuk bidang psikologi dan ambil spesialisasi psikologi seks

oleh Bio In God Bless diperbarui 28 Apr 2014, 18:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Wacana seks tampaknya masih begitu lekat dengan kesan porno bagi masyarakat Indonesia. Hal inilah yang bisa ditarik dari ungkapan seorang Zoya Amirin yang berprofesi sebagai seorang psikolog seksual. “Sering saya bahkan lebih dipandang seperti bintang film porno dibanding sebagai seorang psikolog seksual. Hal ini sangat menyebalkan,” ucapnya kepada liputan6.com dalam wawancara pada Kamis 17 April 2014.

 

Ketidakmampuan sang mama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaannya saat beranjak remaja adalah apa yang mendorongnya untuk memilih jurusan psikologi di jenjang perguruan tinggi. Pilihan Zoya remaja sempat dipertanyakan sang ayah. Mengenai profesi yang nantinya akan diambil setelah lulus kuliah, ayahnya berpesan agar Zoya memiliki karir yang dapat diandalkan sehingga tak bergantung pada orang lain.

 

Saat kuliah di jurusan Psikologi Universitas Indonesia, Zoya belajar bidang psikologi seksual pada Prof. Dr. Sarlito Sarwono. Menurutnya saat menekuni bidang tersebut banyak pertanyaan yang tak terjawab pada masa remaja akhirnya terjawab. Hal ini menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih kuat tentang psikologi seksual.

 

Setelah lulus, Prof. Sarlito menawarkannya untuk jadi asisten dosen kelas Perilaku Seksual. Ketika itu zoya yang menikah menjelang kelulusannya menjalani tiga kehidupan, yakni kehidupan keluarga, pendidikan S2, dan pekerjaan sebagai asisten dosen. Dengan bertambahnya ilmu, Zoya jadi semakin serius dengan bidang psikologi seksual.

 

Sampai pada satu titik, Zoya memutuskan bahwa dirinya akan mebangun karir profesional di bidang psikologi seksual. Dengan komitmen ini, selulusnya dari S2 Psikologi Klinis Universitas Indonesia, Zoya melanjutkan bangku pendidikan ke bidang seksologi di Univesitas Udayana, Bali.

 

Ditanya tentang cita-cita masa kecilnya, Zoya mengatakan bahwa dulu ia ingin menjadi seorang arsitek. Zoya kecil senang melihat miniatur rumah yang dibangun saudaranya yang berprofesi sebagai desainer interior. Meski kini profesinya sekarang berbeda dengan cita-cita masa kecilnya, Zoya merasa sangat mencintai pekerjaannya. Ungkapnya “Saya sangat bahagia dengan pekerjaan saya sekarang. I have the most sexiest job in the world.”


Pengalaman sebagai Psikolog Seksual

Pengalaman sebagai Psikolog Seksual

 

Dalam menjalani pekerjaan sebagai seorang psikolog seksual, Zoya menjelaskan bahwa ada beberapa pertanyaan seputar seks yang sering diajukan oleh masyarakat. Di kalangan remaja, pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah tentang batasan aktivitas seksual dalam berpacaran, misalnya `How far is too Far?` atau `Sampai batas mana sebuah perilaku seks dinilai sudah terlalu jauh?`.

 

Lelaki dewasa sering bertanya mengenai disfungsi ereksi, penurunan gairah seksual dan penolakan istri untuk berhubungan seksual. Dari pengalaman sebagai psikolog seksual yang diceritakannya kepada liputan6.com, perihal penolakan pasangan untuk berhubungan seksual ternyata juga dialami oleh pihak istri.

 

Terkait profesinya sebagai psikolog, Zoya mengatakan bahwa ada persepsi keliru dari masyarakat yang perlu diluruskan. Menurutnya masyarakat sering menganggap psikolog sebagai seseorang yang bisa menghindari kesedihan dan selalu menemukan orang yang tepat untuk menjalin relasi.

 

Dengan ilmu yang dimilikinya Zoya memang merasa punya kelebihan untuk bisa mendeteksi lebih cepat kondisi psikologis dirinya atau orang lain yang timbul dari satu peristiwa. Akan tetapi menurutnya manusia itu sangat dinamis untuk dapat dipastikan kondisi psikologisnya.

 

Zoya Amirin kini memiliki cita-cita untuk melanjutkan studi ke jenjang S3 di Indiana University di mana terdapat Kinsey Institute yang dibangun oleh Prof. Alfred Kinsey dan merupakan Institut riset sex pertama di Amerika. Untuk Indonesia sendiri, Zoya berharap dapat bekerja di Kementrian Pemberdayaan Perempuan untuk bisa urus sex trafficking.

 

Zoya menyatakan punya ide-ide terkait permasalahan sex trafficking tersebut dan menurutnya hanya dengan bekerja di kementrian itulah, ide-ide tersebut dapat direalisasikan. “Untuk mimpi yang lebih fun, saya ingin punya ruang khusus sexercise di rumah agar bisa mengeksplorasi aktivitas seksual rumah tangga,” ujarnya sambil tertawa di akhir wawancara dengan liputan6.com.

 

Profil
Nama: Zoya Dianaesthika Amirin
Tanggal Lahir: 7 September 1975
Pendidikan: Sarjana Psikologi Universitas Indonesia
S2 Psikologi Klinis di Fakultas Psikologi UI
Sertifikasi tingkat dasar ia ambil dari Australia dan Amerika dan tingkat lanjut dirampungkannya di jurusan Seksologi Univesitas Udayana Bali di bawah bimbingan Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya