Liputan6.com, Kabul - Ledakan bom bunuh diri mematikan mengguncang timur laut Irak. Warga sipil tak berdosa pun kembali menjadi korban.
"Menewaskan 30 orang," kata para pejabat keamanan seperti dimuat BBC, yang dilansir Selasa (29/4/2014).
Serangan itu terjadi di sebuah pertemuan politik di kota Khanaqin, yang sebagian besar dihadiri masyarakat Kurdi.
Ledakan kali ini adalah yang paling mematikan, di antara gelombang serangan yang terjadi di Irak pada hari Senin 28 April waktu setempat.
Ketika pembom bunuh diri beraksi, warga Irak sedang memberikan suara dalam pemilihan parlemen pertama negara itu sejak penarikan mundur pasukan AS hampir 3 tahun yang lalu, yang terjadi di tengah kerusuhan terburuk pada 2008.
Orang-orang sedang berkumpul, untuk menyaksikan rekaman televisi Presiden Irak Jalal Talabani -- yang juga Kurdi-- memberikan hak suaranya di Jerman.
Talabani berada di Jerman, dalam rangka perawatan pasca-stroke pada Desember 2012.
"Penyerang menyelinap di antara orang banyak di dekat markas Partai Uni Patriotik Kurdistan (Partai Talabani) dan meledakkan dirinya, menyebabkan pembantaian tragis," kata seorang polisi kepada kantor berita Reuters.
"Setidaknya 50 lainnya terluka dalam ledakan itu," jelas polisi itu.
TPS Jadi Target
Serangan itu adalah salah satu dari beberapa serangan yang terjadi di seluruh Irak pada hari Senin. 50 Orang dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan pada hari itu.
Sebuah bom juga meledak di tempat pemilihan suara (TPS) di distrik Mansour Baghdad. Menewaskan 3 petugas keamanan.
Pelaku bom bunuh diri juga meluncurkan serangan di dekat TPS di Kirkuk dan Tuz Khurmatu di utara Irak.
Wartawan di kota Mosul yang sedang meliput jalannya pemiilihan suara pun terluka. Karena konvoi mereka disambar bom.
Banyak penyerang dilaporkan menyamar dalam balutan seragam tentara dan polisi.
Advertisement
Tentara, polisi dan pemilih berusia lanjut memang sedang memberikan suara mereka pada hari Senin. Sementara mayoritas warga Irak akan memberikan hak suaranya pada hari Rabu 30 April.
Lebih dari 9.000 calon bersaing untuk 328 kursi parlemen Irak. Tidak akan ada pemungutan suara di beberapa bagian provinsi Anbar yang didominasi Sunni, di mana pasukan keamanan masih bertempur melawan militan untuk mengontrol ibukota Provinsi Ramadi dan dekat Falluja.
(Shinta Sinaga)