Liputan6.com, Jakarta - Semangat mobil nasional memang terus dikampanyekan. Namun, hingga 69 tahun Indonesia berdiri, hal itu masih bergulir sebagai sebuah gagasan tanpa hasil.
Sejumlah model bermunculan, mulai dari Maleo yang diinisiasi oleh Menristek BJ Habibie pada 1996 hingga yang terbaru cerita heroik Esemka kala mendapatkan sertifikasi uji emisi di Jakarta.
Gaung mobil nasional itu kembali menggema. Bahkan merambah sebuah kendaraan yang tidak menenggak bahan bakar minyak, alias bensin.
Sebuah program diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dengan melibatkan Universitas Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Tak main-main, sebuah kendaraan dengan penggerak motor listrik dirancang dan didesain. Tak mau gembos di tengah jalan, mobil harus benar-benar dikembangkan dan diuji berdasarkan tahapan-tahapan yang ketat.
“Membuat mobil memang tidak mudah. Harus ada tahap-tahap, seperti pengembangan, pengujian hingga pada akhirnya siap menjadi mobil nasional. Jangan sampai ada yang terlewatkan,” ujar Muhammad Nuh di sela-sela peluncuran Ezzy ITS I di Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2014).
"Tapi yang terpenting adalah kami ingin membuktikan perguruan tinggi bisa menciptakan gagasan jika diberi kesempatan," imbuhnya.
Easy is Ezzy
Memilih ITS Surabaya sebagai pihak untuk mengembangkan sebuah mobil murah memang dirasa tepat. Sebab, mahasiswa di sana sudah terbukti hingga ke luar negeri dalam mengembangkan mobil tanpa bahan bakar fosil. Mereka memiliki model Sapu Angin, yang berlaga di ajang balap mobil bertenaga surya.
Tak mau kehilangan kesempatan, mobil disiapkan dan dirancang dari aspek mechanic dan electrical. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian terapan dengan simulasi numerik yang menggunakan software Solid Work.
Adapun, proses manufacturing mobil listrik garapan ITS Surabaya ini meliputi bodi dan sasis. Kemudian, semua komponen masuk dalam proses perakitan dan akhirnya dirilis pada 26 Januari 2013 dengan mendapuk nama Ezzy (easy).
Advertisement
(Ezzy ITS I debut pada 26 Januari 2013)
Nama Ezzy diberikan langsung oleh Muhammad Nuh yang diartikan sebagai sesuatu yang mudah. Menurutnya, nama itu mengandung penyemangat bagi siapapun bahwa betapa sulitnya membuat sesuatu, jika berkeyakinan bahwa itu mudah akan terasa mudah. Filosofi ini yang dipegang teguh para mahasiswa dalam mewujudkan mobil listrik.
"Kendala dalam membuat mobil listrik di Indonesia adalah sulitnya mendapatkan baterai dan mesin yang masih di impor. Kami punya mesin listrik, tapi dengan ukuran kecil," papar dosen ITS Surabaya yang mengomandoi proyek Ezzy ITS, Nur Yuniarto.
Namun, kendala yang ada bukanlah penghalang bagi tim di ITS Surabaya untuk terus mengembangkan mobil listrik dengan kemampuan yang lebih baik. Nur bersama timnya kembali masuk lab dan menyiapkan suksesor Ezzy generasi pertama.
Sektor performa dan kapasitas baterai menjadi sektor utama yang dibenahi. Karena itu, Ezzy ITS II dibekali baterai besar, yakni 20 KWh. Dengan kapasitas itu, Nur mengklaim bahwa mobil bisa berkendara sejauh 130 km dalam satu kali pengisian baterai penuh.
Menilik spesifikasi, Ezzy ITS II yang masuk dalam mobil Sporty Hatchback City Car itu mampu membawa empat orang penumpang dewasa dan ditopang penggerak roda depan dan motor istrik DC Brushless berdaya 30 Kw hingga 60 Kw.
Dengan spek yang digendongnya, mobil yang berdimensi 3.500 mm x 1.500 mm x 1.400 mm ini bisa melesat dengan kecepatan puncak 180 km per jam. "Kami tingkatkan kemampuan dari sisi performa juga kenyamanan saat berkendara. Jika versi sebelumnya tidak dibekali transmisi, Ezzy ITS II kami mengombinasikan mesin dengan transmisi manual lima percepatan," imbuh Nur.
"Ezzy ITS II belum selesai. Kami harus mengujinya di jalanan karena sejauh ini baru diuji di lab ITS," katanya.
Sebelum menjadi mobil listrik nasional, Ezzy ITS II masih harus menempuh jalan panjang. Mobil pun harus diuji melintasi Pulau Jawa dengan rute Jakarta – Bandung – Tasikmalaya – Purwokerto – Yogyakarta – Madiun – Surabaya. Akankah mobil ini mampu meladeni serangkaian pengujian dan menjadi landasan bagi terwujudnya mimpi mobil nasional? Patut ditunggu.