Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 6% pada 2015, dan menjadi salah pertumbuhan ekonomi terbaik di dunia.
"Ya tahun depan kalau bisa tumbuh 6% itu sudah bagus. Saya yakin kalau pertumbuhan ekonomi 6% itu tetap salah satu pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia terutama di antara G20," ujar Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, saat ditemui wartawan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2014 di Hotel Bidakara, Rabu (30/4/2014).
Advertisement
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi itu, Bambang mengimbau agar investasi dapat digenjot. "Kita harus mulai jangan terlalu bergantung pada konsumsi tetapi mulai lebih bergantung pada investasi. Jadi supaya pertumbuhan Indonesia lebih cepat," ujar Bambang.
Bambang juga optimistis investasi Indonesia masih baik ke depan di tengah nilai tukar rupiah fluktuaktif dan pemulihan ekonomi global belum pasti.
"Kalau informasi dari BKPM, investasi asing itu masih ke Indonesia yah masih kuat. Jadi kalau ada seperti itu karena seasonal saja karena ada kekhawatiran rupiah, subsidi domestik, dan globalnya belum pasti," tutur Bambang.
Meski demikian, memang ada sejumlah faktor risiko yang dihadapi Indonesia terutama sentimen eksternal. Pertama, perkembangan pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi China. Bambang mengakui, saat ini sulit memprediksikan ekonomi global.
"Masalah global itu sekarang istilahnya masih susah diprediksi dibandingkan dulu, apa saja bisa muncul, kita tidak pernah tahu," kata Bambang.
Bambang menuturkan, agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga industri padat karya dan modal tetap perlu berjalan bersama. Hal itu mengingat tren investasi dunia yang cenderung bergerak di industri padat modal yang kurang menyerap tenaga kerja.
Sisi lain industri padat karya di Indonesia mengalami kesulitan karena upah buruh negara lain lebih murah. Untuk mensiasati hal itu, menurut Bambang, industri padat karya perlu mencari alternatif seperti memenuhi kebutuhan kelas atas.
"Jadi intinya, apapun industri nanti yang kita kembangkan termasuk padat karya, harus punya nilai tambah lebih tinggi. Supaya kita tetap menjaga penyerapan tenaga kerja," kata Bambang.
Bambang juga menambahkan, pemerintah belum akan memberikan insentif lagi kepada investor untuk berinvestasi. Insentif yang diberikan pemerintah dinilai sudah cukup.
"Saya rasa sudah cukup lah, kita sudah terlalu banyak insentif. Jadi tinggal itu, yang ada di pakai saja, jangan mikir yang baru kalau yang ada saja belum dipakai terlalu banyak," tutur Bambang. (Fik/Agm)