Liputan6.com, Jakarta - Dalam setiap pidatonya tentang kewirausahaan, Jusuf Kalla selalu membawa satu contoh andalannya yakni seonggok papan.
Papan hanyalah seonggok papan yang murah, tapi berubah menjadi mahal dan cantik setelah menjadi mimbar.
"Ini papan hanya papan, 10 ribu saja harganya. Tapi kalau sudah jadi mimbar, jadi menarik dan harganya bisa satu juta," cerita JK dalam Kuliah Umum Membangun Jiwa Kewirausahaan dan Sosial di Universitas Khaerun, Ternate, Kamis (1/5/2014).
Di samping sebuah mimbar, sambil menepuk-nepuknya JK mengatakan bahwa ilmu pengetahuan lah yang mengubah papan menjadi mimbar. Namun itu belum cukup, kata Wakil Presiden RI ke 10 ini.
"Ilmu pengetahuan memang menghasilkan mimbar ini. Tapi itu belum cukup, ilmu dan kreativitasilah yang menjadikan papan benar-benar jadi mimbar," kata JK.
Ilmu dan kreasi menjadikan sesuatu memiliki nilai tambah sehingga memberikan lebih banyak keuntungan.
Advertisement
Nilai tambah inilah yang menjadi dasar orang menjadi wirausaha, ujar JK pada seribu lebih mahasiswa, siswa-siswi anggota PMR dan relawan PMI di sana.
JK mengajak mahasiswa untuk menjadi wirausaha karena kesempatannya lebih besar. Ia mengungkap, dari 1 juta lulusan universitas setiap tahunnya di Indonesia, hanya 50 ribu yang dapat jadi PNS.
"Jadi hanya 5% yang jadi (PNS). Yang 95 kemana? Yakni pegawai swasta atau jadi pengusaha. Sudahlah, lupakan saja. Jadilah pengusaha," kata JK disambut tawa sekaligus tepuk tangan mahasiswa.
Ia kemudian membuka rahasia moto yang ia pegang selama ini dalam menjadi pengusaha sukses. Ternyata moto beliau hanya membandingkan pendidikannya dengan pendidikan Bapaknya.
"Kalau Bapak saya kelas 3 SD bisa jadi pengusaha, saya yang lulusan S1 harus lebih besar usahanya!" ungkap JK.
Ketika datang momen tanya jawab, JK mulai menanyai beberapa mahasiswa. Salah seorangpun menyatakan bahwa ia ingin jadi petani sukses. Mendengar ada yang ingin menjadi pengusaha, JK nampak lebih bersemangat.
"Bagus. Kamu harus turun sawah nanti. Jangan di kerja di kantor. Anda tahu mengapa pertanian kita tidak maju?" Tanya JK. "Karena banyak sarjana pertaniannya yang cuma mau kerja di kantor, tidak mau kerja di sawah."
Gelak tawa terdengar ramai usai JK mengungkapkan hal tersebut. JK menyambung, menjadi pengusaha itu tak perlu takut rugi. Sebab, sebenarnya rugi itu pelajaran yang terbaik.
"Pelajaran terbaik bagi wirausaha adalah rugi. Kalau ndak rugi, tidak tahu mana yang harus diperbaiki," kata JK.
Baca Juga