Aksi Capres Saat May Day

May Day tak hanya milik para buruh. Para capres pun menggelar aksinya di tengah euforia hari buruh yang jatuh 1 Mei.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Mei 2014, 00:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Moch Harun Syah, Sugeng Triono, Widji Ananta, Ahmad Romadoni

Pos 9 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara tak seperti biasanya. Kawasan yang sibuk dengan lalu lalang truk kontainer pembawa peti kemas itu tampak sepi. Bahkan terhenti selama 2 jam. Yaitu mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.

Pasalnya, sekitar 1.200 orang yang tergabung dalam Serikat Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia (SBTPI) menutupi jalur keluar-masuk bus kontainer pelabuhan. Sebelumnya mereka melakukan aksi long march dari Jalan Ciampea, Jakarta Utara, dengan mendorong motor yang diikuti oleh 10 bus besar.

Dalam aksi May Day atau hari buruh yang digelar saban tahun tiap 1 Mei itu, para buruh membentangkan spanduk berisi tuntutan peningkatan kesejahteraan. Tak hanya itu, mereka juga mengkritisi pemerintahan yang dianggapnya tak memihak kepada buruh. Pemerintah dinilainya lebih memihak kepada pengusaha.

"Sampai sekarang saja pemerintah lebih komitmen kepada pengusaha ketimbang buruh," ucap Ketua Umum Serikat Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia (SBTPI) Ilhamsyah di Jakarta, Kamis (1/5/2014).

Para buruh juga pesimistis terhadap hasil Pileg 2014. Menurutnya, saat ini capres yang bertarung pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti tak ada yang memiliki komitmen menyejahterakan buruh.

"Kami tidak akan percaya siapapun sama capresnya. Siapapun pemenang pemilu tak bisa menyelesaikan masalah buruh," ucap Ilham kesal.

Sementara massa buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) menyatakan Joko Widodo (Jokowi) belum memberikan hasil yang memuaskan bagi kesejahteraan buruh.

Mereka menilai, kebijakan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta itu tidak ada bedanya dengan para penentu kebijakan pendahulunya, yang hanya mengumbar janji, kemudian melupakannya begitu saja.

"Percuma Jokowi," ketus Ketua Umum SBSI 1992 Sunarti.

Tak hanya Jokowi, Sunarti juga meminta capres lainnya agar tidak merasa hebat. Karena mereka masih nihil dalam pelaksanaannya.

"Sampai hari ini, belum ada yang kami pilih baik secara pribadi maupun organisasi. Mereka (para capres) sama aja. Tidak ada yang melaksanakan janjinya soal Kesejahteraan buruh. Setelah jadi, dia lupa," tandas dia.

Aksi Capres

Perayaan May Day tak hanya milik para buruh semata, sejumlah capres yang bakal bertarung pada Pilpres 2014 juga beraksi. Seperti Prabowo Subianto. Capres dari Partai Gerindra itu mengisi Hari Buruh Internasional dengan berkumpul bersama para massa buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Gedung Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.

Mantan Danjen Kopassus itu tiba di stadion sekitar 14.50 WIB. Dia ditemani para pengawalnya dan langsung menuju ke panggung utama.

Setelah Prabowo dan rombongan menaiki panggung utama, paduan suara KSPI langsung menghentak dengan 3 lagu buruh. Suasana riuh tak dapat dihindarkan saat sorakan para buruh yang diiringi tepuk tangan menggema di Stadion GBK.

Dalam orasinya, calon Presiden dari Partai Gerindra itu menyatakan dunia politik yang ia geluti saat ini ternyata di luar dugaan sebelumnya. Menurut Prabowo, hampir setiap politisi tidak dapat dipercaya.

"Minta ampun. Dari 15 orang yang saya temui, 14 bohong semua," keluh Prabowo, Kamis (1/5/2014).

Untuk itu Prabowo mengimbau agar buruh tidak menggantungkan nasibnya kepada elite-elite politik. Sebab, terbukti selama ini tingkat kesejahteraan buruh di Indonesia belum bisa dianggap layak.

"Kenapa upah kalian (buruh) rendah, kenapa yang miskin semakin kejepit, kenapa petani tidak senyum saat panen?" tanya Prabowo kepada para buruh. "Masalahnya adalah banyak pemimpin kita yang bohong pada rakyat."

Di tengah aksi Prabowo yang melebur diri ke dalam massa buruh, lantas kemana Jokowi melangkah? Menurut pantauan Liputan6.com, sejak pagi capres dari PDIP itu menerima puluhan pekerja perempuan yang tergabung dalam Komite Aksi Perempuan (KAP) di rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.

Setelah menerima para pekerja, dua jam kemudian, Jokowi keluar dari rumahnya mengunjungi acara deklarasi dukungan Serikat Petani Indonesia (SPI) di Mampang, Jakarta Selatan. Siangnya Jokowi melanjutkan blusukannya menghampiri dua rumah buruh di kawasan Cakung Jakarta Timur.

Di sana, Jokowi menjenguk dan menyempatkan diri berbicang kepada dua buruh yang sakit karena mengalami kecelakaan kerja. Dia menyesalkan aksi hura-hura para buruh di tengah rekannya yang tertimpa musibah.

"Rekan buruh malah hura-hura konser. Padahal saudara (buruh) ini masih banyak sakit. Enggak hanya satu dua, tapi banyak," kata Jokowi usai menjenguk 2 buruh yang sedang sakit di kawasan Rorotan, Jakarta Utara.

Tak hanya itu, Jokowi yang juga Gubernur DKI Jakarta, prihatin atas nasib buruh yang masih banyak tinggal di rumah kontrakan.

"Kami akan menunjukkan bahwa kondisi rukon (rumah kontrakan) buruh seperti ini, dan masih ada kondisi-kondisi sakit yang belum tertangani. Menurut saya, belum saatnya kita seperti sekarang memperingati May Day," jelas Jokowi.

Ke Siapa Buruh Berlabuh?

Kehadiran Prabowo Subianto di GBK mendapat sambutan positif dari massa yang tergabung dalam KSPI. Said Iqbal selaku ketua KSPI mengatakan, para buruh meneguhkan niat dan merapatkan barisan untuk mendukung Prabowo sebagai Presiden RI 2014. Menurutnya, Prabowo dapat menghapus kemiskinan yang dialami para buruh.

"Calon Presiden RI Prabowo Subianto. Kaum buruh di Indonesia, kita kembali meneguhkan niat, hati, dan pikiran kita untuk mendukung Prabowo yang akan bisa mengembalikan kesejahteraan rakyat," kata Ketum KSPI Said Iqbal saat berorasi di GBK.

Dalam mendukung seseorang menjadi capres, KSPI memiliki dasar tersendiri. Yaitu berdasar dari visi dan misi sang capres tersebut. "Dan tentunya berani menandatangani 10 tuntutan buruh," imbuh Said.

Said menegaskan, jika memang ada capres yang berani tandatangani perjanjian politik untuk memperjuangkan 10 tuntutan buruh, dia akan didukung KSPI yang beranggotan 1,7 juta orang.

"Tapi sampai hari ini kita fix mendukung Prabowo Subianto," tegas Said.

Meski demikian, penegasan sang ketua umum itu belum tentu diikuti para buruh lainnya. Yati misalnya. Buruh yang hadir di GBK itu mengungkapkan hingga kini para buruh belum pernah membuat kesepakatan soal calon presiden yang akan diusung dalam Pemilu Presiden 9 Juli mendatang.

"Kita nggak tahu, kita belum disuruh milih presiden kok. Apalagi Prabowo," kata Yati.

Yati menyatakan akan memilih capres yang berjanji bisa menaikkan upah buruh 30 persen. "(Tapi) Kalau lihat kampanye-kampanye sih belum ada presiden yang dianggap bisa penuhi aspirasi buruh," lanjut perempuan yang bekerja di salah satu pabrik perangkat komputer di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat itu.

Dukungan terhadap Jokowi untuk maju sebagai capres mengalir dari Serikat Petani Indonesia. Hal itu diungkapkan Ketua Majelis SPI Mugiramanu saat Jokowi bertandang ke kantornya. "Kami mendukung pencalonan Pak Jokowi jadi calon presiden Indonesia," ujar Ketua Majelis SPI Mugiramanu, Kamis (1/5/2014).

Kendati begitu, Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB) mengaku kapok memilih presiden dari PDIP. Sebab, mereka masih mengingat sejumlah kebijakan Megawati yang dinilai menyengsarakan buruh. Salah satunya kebijakan outsourcing yang masih berlaku hingga saat ini.

"Nggak mau Jokowi. Dia kan dari PDIP. Kita tahu dulu zaman Mega outsourcing dibuat," kata Humas DPW Bekasi GSPB Anton Siregar di tengah aksi buruh di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Alasan lain buruh menolak dukung Jokowi karena mereka menilai ia hanya akan menjadi boneka atau bakal disetir Megawati. Kondisi ini, ujar Anton, dapat membuat nasib buruh teraniaya seperti saat Megawati berkuasa.

"Kita nggak mau Jokowi disetir Mega, jadi kita nggak punya pilihan ke Jokowi. Kami nggak percaya parpol," ucap Anton.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya