Geolog Mbah Rono: Merapi Tak Seperti Biasanya

"Kalau magma naik maka prosesnya membuat kubah. Kalau membuat kubah, itu Merapi banget gitu. Sekarang kan nggak," kata Surono.

oleh Yanuar H diperbarui 02 Mei 2014, 14:49 WIB
(ANTARA FOTO/Teresia May)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Merapi saat ini dinilai berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Termasuk aktifitas pelepasan gas yang dilakukan Merapi saat ini sehingga terdengar suara dentuman hingga berkilo-kilometer jauhnya.

Kepala Badan Geologi Surono mengatakan, Merapi punya tipe sendiri yang terlihat dari segi letusan. Mulai dari magma naik ke permukaan lalu membentuk kubah dan terjadi guguran hingga awan panas. Menurut Surono tipe seperti ini pun sudah diakui dunia sebagai tipe letusan Merapi.

"Kalau magma naik maka prosesnya membuat kubah. Kalau membuat kubah, itu Merapi banget gitu. Sekarang kan ngga," kata Surono kepada wartawan di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY, Jumat (02/05/2014).

"Kalau kubahnya sampai ke permukaan, namanya menutup kubah. Kalau tertutup kubah terus ada api diam, lalu terjadi guguran kubah. Kemudian guguran diikuti awan panas guguran. Seluruh dunia mengatakan di manapun letusan gunung api seperti itu disebut tipe Merapi. Merapi banget," katanya.

Sementara saat ini proses aktifitas Merapi dengan pelepasan gas yang menyebabkan suara dentuman disebut Surono tidak sesuai ciri Merapi. Namun, ia meyakini Merapi akan kembali seperti sediakala, baik dari segi fisik maupun letusannya.

"Kembali ke karakter awal. Tunggu saja. Merapi akan bikin. Pasti. Seperti Kelud itu, kemarin gak Kelud banget, sekarang ternyata bikin. Semua kubahnya dilemparkan. Nanti akan terisi lagi. Nanti Merapi akan bikin lagi. Wong sudah disebut dunia sebagai letusan tipe Merapi kok," ujarnya.

Walaupun begitu Surono tidak mengetahui kapan Merapi akan kembali seperti semula. "Kalau Merapi ya nanti dulu. Andai saya tahu, anda yang pertama kali saya kasih tahu," katanya.

Status Merapi kembali naik menjadi Waspada. Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, pada 20-29 April 2014, ada gempa guguran sebanyak 37 kali, multifase 13 kali, hembusan 4 kali, tektonik 24 kali, dan gempa low frequency 29 kali.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya