Liputan6.com, Jakarta - Meski hasil suara Pileg 9 April lalu Partai Golkar tak memenuhi target 27%, namun Dewan Pertimbangan (Wantim) dan sejumlah ormas sayap Golkar tetap mengusung nama cawapres Aburizal Bakrie. Ada 6 nama yang dimunculkan untuk mendampingi Ical pada Pilpres 9 Juli mendatang.
"Kalau berkaitan dengan cawapres, kami Wantim juga menyebutkan beberapa tokoh. Bahwa Wantim juga merekomendasikan kepada DPP yakni Jusuf Kalla, saya sendiri dan Luhut Pandjaitan. Namun, sepenuhnya kita serahkan kepada rapimnas," ujar Ketua Wantim Partai Golkar Akbar Tandjung di kediamannya, Jalan Purnawarman, Jakarta Selatan, Sabtu (3/5/2014).
Sementara Ketua Umum DPP Satkar Ulama Indonesia HM Ali Yahya mengatakan, organisasi massa Partai Golkar juga bakal mengajukan 3 nama cawapres yang akan mendampingi Ical.
"Andaikata terjadi keputusan rapimnas nanti. Di samping ada 3 tokoh Golkar, ada juga tim perumus organisasi massa usulkan, yaitu Agung Laksono (Ketua Umum Kosgoro), Priyo Budi Santoso (Ketua Umum Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong/MKGR)dan Ginanjar Kartasamita (politisi senior Golkar)," pungkas Ali.
Memasuki Pemilu 2014, konflik internal Partai Golkar semakin menguat. Rendahnya elektabilitas Ical disebut-sebut sebagai penyumbang anjloknya perolehan suara Golkar pada Pileg 9 April lalu. Belakangan, status Ical sebagai capres Partai Golkar semakin terusik.
Kegagalan Partai Golkar meraih target 27% suara Pileg semakin menguatkan wacana evaluasi status capresnya. Beberapa kalangan menilai, cara terbaik agar Golkar tetap berada di pucuk pimpinan partai yakni mengajukan cawapres.
Evaluasi Capres
Evaluasi status capres Ical justru muncul dari Akbar Tandjung. Ia bahkan mendesak Ical untuk mempertanggungjawabkan perolehan suara yang tidak mencapai target 27%, melainkan hanya sekitar 15% berdasarkan hitung cepat sementara.
Menurut Akbar, sejauh memenuhi syarat mengajukan capres sendiri, partainya akan mengajukan Ical. Tapi bila tidak memenuhi 20% suara sah nasional, Ical tak bisa memaksakan untuk menjadi capres. Jika memang kursi di parlemen nanti tidak terpenuhi sesuai target partai, maka Golkar akan mempertimbangkan Ical sebagai cawapres.
"Apakah kita harus memaksakan terus jadi capres? Opsi kedua yaitu opsinya cawapres. Belum tentu partai lain yang koalisi setuju kalau Ical tetap capres. Kalau tidak ada yang setuju, berarti harus ada opsi baru," ujar Akbar awal April lalu.
Tak hanya Akbar, dorongan evaluasi pencapresan Ical juga muncul dari politisi senior Golkar, Zainal Bintang. "Harus. Karena itu tadi target yang mau dicapai tidak tercapai ya dievaluasi dong," kata Zainal di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu 20 April lalu.
Zainal menjelaskan, tidak mungkin Golkar mengajukan capres sendiri sementara perolehan suara tidak cukup. Karena itu evaluasi yang digelar nantinya juga terkait kinerja ketua umum. "Berdasarkan masukan, tekanan untuk mengajukan cawapres luar biasa banyak," tandas Zainal.
Sementara Ketua DPP Golkar Hajriyanto Y Tohari menyatakan, kevokalan Akbar dalam menyentil Ical adalah hal yang lumrah. Hal ini tak perlu ditanggapi berlebihan. "Partai Golkar parpol yang tua, berpengalaman, tokoh banyak. Wajar kalau ada pendapat-pendapat yang bernuansa berbeda," ujar Hajriyanto di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 16 April lalu. (Sss)
Advertisement