Terduga Penganiaya Renggo: Bukan Pisang Goreng, Tapi Es Krim

SY, kakak kelas yang diduga menganiaya Renggo itu juga membantah memulai perkelahian.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 04 Mei 2014, 23:49 WIB
SY, kakak kelas yang diduga menganiaya Renggo itu juga membantah memulai perkelahian.

Liputan6.com, Jakarta - Meninggalnya Renggo Khadafi menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Terlebih, meninggalnya siswa kelas V SDN 09 Makasar Pagi, Jakarta Timur itu diduga lantaran penganiayaan kakak kelasnya SY.

Tapi, hal itu dibantah SY. Ia membantah Renggo meminta maaf dan mengganti rugi makanan yang jatuh akibat disenggol. SY juga membantah dirinya yang pertama kali memulai perkelahian dengan adik kelasnya yang berumur 11 tahun itu.

Menurut SY, kala itu dirinya sedang memegang es krim, bukan pisang goreng seperti yang diceritakan Renggo. Memang harganya sama-sama senilai Rp 1.000.

"Dia nggak minta maaf. Dia juga nggak ganti semua. Dia cuma ganti Rp 500," kata SY saat melayat di kediaman Renggo, Jakarta, Minggu (4/5/2014).

SY lalu mengikuti Renggo hingga ke kelas V. Keduanya lalu terlibat perkelahian hebat. SY mengakui adanya perkelahian itu, namun dirinya membantah dialah yang memulai perkelahian itu.

"Dia (Renggo) yang pukul duluan. Terus saya bales pukul pipinya. Saya juga tendang pantatnya. Terus pergi," lanjut bocah berumur 13 tahun itu.

Setelah itu, kata SY, tidak ada perselisihan atau perkelahian lagi dengan Renggo, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sampai akhirnya Renggo dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia.

Sementara kakak Renggo, Yesi Puspadewi sebelumnya mengatakan, peristiwa itu terjadi Senin 28 April lalu. Menurut pengakuan Renggo, kala itu Renggo sedang berjalan di halaman sekolah saat waktu istirahat. Renggo tidak sengaja menyenggol SY hingga pisang goreng yang dibawanya terjatuh.

Pada saat itu, lanjut Yesi, Renggo langsung meminta maaf dan mengganti pisang goreng seharga Rp 1.000 dengan uang yang sama kepada SY. Tapi, itu belum cukup bagi bocah berumur 13 tahun itu. Dibantu rekannya, SY lalu mengikuti Renggo sampai ke kelas V.

"Sampai di kelas, adik saya dipanggil ke dalam kelas. Begitu adik saya nengok, langsung dipukul mukanya, perutnya, sama pantatnya. Sampai jatuh," kata Yesi di kediamanya, RT 03 RW 07 Halim Perdanakusuma, Makasar, Jakarta Timur, Minggu 4 Mei malam.

Usai mendapat penganiayaan, kata Yesi, adiknya belum merasakan langsung luka penganiayaan tersebut. Siang itu Renggo masih bisa mengikuti pelajaran kelas. Bahkan, sorenya pun masih bisa bermain seperti biasanya. Dua hari kemudian, baru sang adik mengeluhkan luka penganiayaan itu.

"Awalnya dia nggak mau cerita kenapa. Tapi kita paksa akhirnya mau cerita. Saya juga kaget. Saya langsung bawa berobat," ungkap perempuan berumur 31 tahun itu.

Renggo dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, pada Sabtu 3 Mei lalu. Ia sempat muntah darah sampai kejang-kejang di rumah sakit. Akhirnya, bocah Kelas V SDN 09 Makasar Pagi itu menghembuskan nafas terkahir Minggu siang, sekitar pukul 13.00 WIB.

Polisi kemudian melakukan pembongkaran makam Renggo setelah mendapat persetujuan keluarga pada Minggu malam, sekitar pukul 19.00 WIB. Pembongkaran ini dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya. Jasad Renggo lalu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) guna keperluan otopsi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya