Liputan6.com, Damaskus - Presiden Suriah Bashar al-Assad mencalonkan diri untuk maju pada Pilpres 3 Juni 2014 dan meraih masa jabatan ketiga. Pesta demokrasi ini akan digelar di tengah perang saudara yang masih berkecamuk antara militer pro-Assad dengan kelompok oposisi.
Dalam pertarungan pilpres ini, Assad akan bersaing dengan kandidat lain, yakni mantan anggota DPR Hassan Abdallah al-Nouri dan Maher Abdel-Hafiz Hajjar, ahli hukum yang juga anggota parlemen.
"Mahkamah Konstitusi (MK) Suriah mengabulkan pengajuan calon presiden dari Assad. Juga dari Hassan Abdallah al-Nouri dan lawmaker Maher Abdel-Hafiz Hajjar," ujar juru bicara MK Suriah, Majid Khadra, seperti dimuat Reuters, Senin (5/5/2014).
Dia menjelaskan, masing-masing kandidat, termasuk Assad, harus mendapat dukungan dari 35 anggota parlemen untuk berkompetisi secara resmi dalam pemilu.
"Bagi kandidat yang pendaftaran capresnya ditolak, bisa mengajukan banding ke pengadilan mulai 5 sampai 7 Mei," ujar Majid. Selain persyaratan tersebut, disebutkan bahwa kandidat harus tinggal di negara itu selama 10 tahun terakhir.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Suriah Hisham Sha'ar, seperti dilansir VOA, mengatakan, warga Suriah yang meninggalkan negara itu secara ilegal lewat pos-pos perbatasan tidak resmi, tidak akan diperbolehkan untuk memilih.
Diketahui, ada jutaan warga Suriah telah lari semasa perang saudara, yang kini memasuki tahun keempat, lewat pos-pos perbatasan darurat. Dan aturan tersebut dinilai menjegal semua pemimpin oposisi di pengasingan untuk mencalonkan diri.
Tokoh-tokoh oposisi yang kini berada di luar Suriah mengecam keputusan Assad untuk mencalonkan diri. Mereka menyebut hal itu merupakan lelucon dan sandiwara.
Perundingan perdamaian di Jenewa gagal bulan Februari karena oposisi berkeras bahwa Assad harus mundur namun presiden bersikukuh tetap menjabat.
Assad menjabat sebagai Presiden Suriah sejak tahun 2000 menyusul kematian ayahnya, Hafez al-Assad, yang berkuasa di Suriah selama 30 tahun. Assad meraih masa jabatan kedua pada tahun 2007 dengan perolehan 97 persen suara dalam pemilu yang diboikot oleh oposisi, di mana ia menjadi satu-satunya calon dalam surat suara.
Sejak awal 2011, penindasan terhadap protes-protes damai menentang kekuasaan Assad berubah menjadi perang saudara. Sekitar 150 ribu orang tewas dalam perang yang terjadi sejak Maret 2011 itu. Sekitar 2,6 juta orang lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga. Krisis itu juga menelantarkan lebih dari 6,5 juta orang di dalam negeri. (Mut)
Advertisement