Liputan6.com, Garut - Tak punya jembatan untuk menyeberangi sungai menuju ke sekolah, tak lantas membuat puluhan siswa SMPN 2 Pakenjeng di Kecamatan Kakenjeng, Garut, Jawa Barat, patah arang.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Selasa (6/5/2014), menggunakan ban dalam bekas, para siswa-siswi tersebut bergantian melintasi derasnya Sungai Cikandang di Desa Tanjung Mulya. Hanya demi untuk bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) yang diselengarakan di sekolah masing-masing, yang terletak di seberang sungai.
Menantang bahaya dengan cara menyeberang sungai terpaksa ditempuh para siswa, karena Jembatan Bokor yang biasa menunjang akivitas mereka sehari-hari tak kunjung diperbaiki. Kini kondisinya jembatan tersebut masih terputus, sejak diterjang banjir bandang yang melanda kawasan tersebut 3 pekan lalu pada Senin 14 Maret.
Kondisi alat tulis dan seragam yang basah serta ancaman hanyut terbawa arus, tak menyurutkan semangat para siswa untuk bisa mengikui UN. Rasa takut dan khawatir saat melintasi sungai sudah barang tentu dirasakan para siswa, namun mereka tak punya pilihan lain. Karena jika tak ikut ujian, sudah dipastikan mereka tidak akan lulus.
Advertisement
Banjir bandang Sungai Cikandang di Desa Tanjung Mulya, Kecamatan Pakenjeng, pada 14 Maret lalu telah berdampak bagi aspek kehidupan warga setempat.
Selain memutuskan jembatan satu-satunya penghubung antar desa, banjir juga telah menghanyutkan ternak warga dan merusak ratusan hektar areal pesawahan.
Saat ini, mobilitas dan perekonomian warga setempat terganggu. Namun meski sudah 3 pekan, bantuan perbaikan jembatan yang diharapakan warga tak kunjung tiba. Pemkab Garut beralasan tak ada anggaran perbaikan jembatan dan masih mencari bantuan dari pihak swasta. (Tnt)