Prihatin Krisis Ukraina, Sekjen PBB Ingin Jadi Mediator

Ban Ki-moon pun mengimbau semua pihak melaksanakan kesepakatan Jenewa.

oleh Anri Syaiful diperbarui 06 Mei 2014, 06:51 WIB
Konflik ini mulai terjadi sejak Crimea melepaskan diri dari Ukraina dan beralih menjadi bagian Rusia.

Liputan6.com, Abu Dhabi - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menawarkan bantuan mediasinya untuk mengakhiri krisis di Ukraina. "Saya sudah membicarakan masalah ini dengan semua pihak terkait --pemimpin Ukraina, pemimpin federasi Rusia, Uni Eropa dan Amerika," kata Ban di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, seperti dikutip dari AFP, Selasa (6/5/2014).

"Saya mendesak keempat pihak untuk memecahkan masalah ini melalui cara damai dan saya siap menyumbangkan peran saya jika diperlukan," imbuh Ban.

Satu kesepakatan untuk meredakan krisis sudah tercapai di Jenewa pada 17 April silam. Namun pekan lalu Rusia menyatakan kesepakatan tersebut telah mati setelah Kiev meningkatkan operasi militer melawan kelompok separatis, yang oleh Moskow disebut sebagai `perang melawan rakyatnya sendiri`.

Baku tembak terjadi pada Senin 5 Mei di timur dan selatan Kota Slavyansk, Ukraina yang menjadi pusat pemberontakan bersenjata. Saat itu tentara Ukraina mengurung kelompok bersenjata pro-Rusia menuju pusat kota.

Ban menekankan bahwa dirinya sangat prihatin dengan terjadinya kekerasan di Ukraina. Ia pun mengimbau semua pihak melaksanakan kesepakatan Jenewa. "Saya mendesak kuat semua pihak terlibat untuk bertemu lagi dan melihat apa yang salah, kenapa kesepakatan ini tidak dijalankan, kenapa pihak-pihak sekarang terlibat dalam kekerasan?"

"Saya mendesak lagi dengan cara paling kuat, seluruh warga Ukraina dan rekan-rekan mereka untuk menghadapi masalah ini dengan cara damai sebelum nantinya menjadi lepas kendali dan menciptakan konsekuensi sangat besar di luar kendali siapa pun," tandas Ban.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan kepada stasiun televisi Jerman bahwa ia telah berbicara dengan Rusia, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) untuk menggelar pembicaraan damai kedua di Jenewa. (ant)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya