Liputan6.com, Kubu Raya - Mata Mad Syarif berkaca-kaca. Pemuda 25 tahun ini tak menyangka jika ia memenangkan perkelahian dengan seekor buaya berukuran besar di Sungai Nipah, Kalimantan Barat.
Ditemui Liputan6.com di rumahnya di dekat Sungai Nipah, Dusun Arjo Binangun, Desa Madura, Kecamatan Teluk Pekedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Syarif menceritakan kisah itu terjadi Kamis 1 April, sekitar pukul 13.00 WIB.
Saat mandi di sungai tiba-tiba Syarif merasa ada binatang yang menghimpit kedua kakinya dan menggigit bagian paha kanan. Ia mengira digigit ikan. "Eh malah buaya nerkam saya," kata Syarif, Selasa (6/5/2014). Buaya ganas seberat 400 kilogram dengan panjang 4 meter itu, kemudian mencoba mematahkan kaki Mad dengan menyeretnya ke tengah sungai.
Advertisement
Tapi Syarif melawan. Ia memukul-mukul kepala buaya itu hingga akhirnya binatang predator itu melepaskan gigitannya. Syarif pun selamat dari maut. "Saya ini tidak memiliki ilmu kekebalan, hanya refleks aja saya tusuk mata buaya itu," terang dia.
Syarif mengaku, Sungai Nipah merupakan bagian dari kehidupannya. Ia dan keluarga biasa mandi di sungai yang beraliran tenang tersebut. "Mungkin ini mukzijat dari Tuhan. Saya pasrah saat itu pada Tuhan," ujarnya.
Saat ini, luka akibat gigitan buaya itu telah diobati di sebuah mantri kesehatan. "Masih meriang akibat gigitan," jelas Syarif yang sehari–hari bekerja sebagai petani di ladang miliknya.
Penunggu Sungai
Syarif menyatakan, masyarakat setempat sudah menganggap buaya di Sungai Nipah sebagai kawan. Itu lantaran keberadaan buaya itu sebagai penunggu sungai. "Tapi buayanya malah menyakiti manusia, bahkan mau makan manusia," sesal Syarif.
Hingga kini, ia masih tak yakin berhasil menaklukkan buaya ganas itu. Dia pun mengaku masih takut dan trauma untuk mandi di sungai tersebut.
Guna menghindari jatuhnya korban dari kalangan warga sekitar Sungai Nipah, seorang pawang bernama M Daud diterjunkan untuk menangkap buaya tersebut. Daud pun langsung bergerilya mencari sang predator selama 3 malam bersama adiknya. Hasilnya, keduanya berhasil menangkap binatang buas tersebut.
"Dipancing memakai umpan bebek. Tiga malam baru tangkap buaya ini. Lalu lepas. Lalu ditangkap lagi. Ini buaya muara jenis kelaminnya jantan," jelas Daud.
Pria 43 tahun ini mengaku sudah lama menjadi pawang buaya. Dia mengaku tak mengalami hambatan lantaran menganggap buaya itu telah melakukan kesalahan.
"Saya memang biasa menangkap buaya itu jika bersalah. Buaya ini bersalah karena mengganggu manusia. Makanya dia serahkan diri dan memakan umpan bebek yang saya berikan," jelas Daud.
Alat yang digunakan untuk menangkap buaya ini cukup sederhana, yaitu Bambu. "Ini tajurnya. Lalu pakai pancing berukuran besar. Saya tebar beberapa di sejumlah titik sungai Nipah ini. Lebar sungai ini 20 meter," ungkap dia. "Sudah 8 orang yang mati akibat diterkam buaya di sini," imbuh Daud.
Setelah buaya itu ditangkap, kampung yang semula sepi itu pun mendadak ramai dan jadi terkenal. Ratusan orang silih berganti berdatangan ke rumah Syarif. Mereka tak peduli walau panas menyengat kulit.
Haminah misalnya. Warga setempat yang berusia 60 tahun itu mengaku mendapat kabar tentang orang bertarung dengan buaya dari cucunya. Ia pun datang untuk menghilangkan rasa penasarannya tersebut.
"Saya datang bersama cucu saya. Di sini memang banyak buaya muncul. Buayanya tahan juga sudah 4 hari nggak makan nggak apa-apa. Hanya diberi air saja. Tapi, masih gerak-gerak juga buayanya," tutur Haminah.
Tak hanya warga setempat, Satinah yang rela datang dari Kota Pontianak bersama temannya ini mengaku ingin melihat buaya tersebut. Ia merasa puas usai menyaksikan buaya itu secara langsung dari alamnya.
"Kan biasanya lihat buaya di kebun binatang, tapi ini langsung lihat dari alamnya. Biar pun jauh saya dari Kota Pontianak, tapi saya puas. Saya tahunya dari teman saya, dia ngabari saya. Saya penasaran," tutur Satinah yang tak henti-hentinya mengabadikan photo buaya dengan kamera ponselnya itu.
Sementara warga sekitar Wardanial (60) menyatakan, warga sebenarnya ingin memotong buaya tersebut. Namun hal itu dicegah polisi dan akhirnya buaya itu dibawa ke kebun binatang di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.
"Tadi malam sebenarnya mau dipotong sama warga di sini dan dikuburkan. Tapi ada polisi mencegahnya. Nggak jadilah dipotong. Syukurlah bisa dibawa ke kebun binatang di Kota Singkawang. Tak ganggu sebenarnya buaya. Mungkin ini buayanya lagi marah atau lapar. Dan orang di sini percaya bahwa buaya ini jelmaan manusia," jelas Wardanial.
Evakuasi
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Singkawang, Pasaoran Samosir, yang datang langsung ke lokasi penangkapan buaya, mengaku akan segera membawa buaya ini ke tempat aman.
"Ini jenis buaya muara. Termasuk ganas. Kita akan evakuasi ke Lembaga Konservasi Taman Satwa Sinka Island Kota Singkawang," kata Pasaoran.
Ia berharap, evakuasi buaya itu tidak ada hambatan. Mengingat kondisi lapangan memang sangat terisolir. "Mudah-mudahan berjalan baik. Buayanya diangkut menggunakan mobil minibus," jelas Pasaoran
Lebih lanjut dia menjelaskan, buaya yang masuk permukiman warga diakibatkan habitatnya terganggu. "Akibat pembukaan lahan untuk perkebunan salah satunya. Dominan buaya ini hidup di muara sungai. Dan memang buaya ini mencari tempat lain," tukas Pasaoran.