Peluang Usaha: Lucky Soebyantoro si Raja Restoran Thai

Berawal dari kecintaannya dengan makanan Thailand, telah merubah nasib Lucky Soebyantoro menjadi sang "Raja Restoran Thailand" di Indonesia

oleh Nurmayanti diperbarui 07 Mei 2014, 08:31 WIB
Liputan6.com, Jakarta -

Benar apa kata pepatah, pilih jenis usaha yang sesuai dengan kesukaan atau Hobi. Ini dibuktikan Lucky Soebyantoro pemilik beberapa restoran khas Thailand yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.

Memiliki banyak teman asal Thailand saat masih sekolah di Amerika Serikat membuat Lucky tidak asing dengan macam-macam makanan dari Negeri Gajah Putih dan mulai menyukainya.

Kesukaan ini memberi ide Lucky untuk menjajal peruntungan pada bisnis restoran Thailand di Tanah Air.

Asal mula usaha

Pria kelahiran Manado 7 Desember 1970 ini memutuskan untuk merintis usaha restoran Thailand sejak 15 tahun lalu. Apalagi, kala itu memang belum banyak yang mau menggeluti restoran khas Thailand.

"Jadi setelah saya di Jakarta, saya ingin buka usaha sendiri. Jadi sebenarnya lebih ke bisnis, kita lihat di Jakarta nggak banyak Thai resto," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta.

Dengan modal awal sekitar Rp 700 juta dan bantu seorang teman yang juga telah memiliki restoran Thailand di Amerika Serikat, Lucky mulai membangun restoran.

"Ternyata setelah itu jalannya bagus dan saya juga menyukai usahanya hingga berkembang sampai sekarang," ujar alumni University of Maryland ini.

Sejatinya, Lucky memiliki beberapa restoran khas Thailand, dengan sasaran pasar dan pemilihan konsep berbeda.

Restoran itu antara lain Chandara, Jittlada Thai Cuisine dan White Elephant Thai Cuisine yang secara total saat ini memiliki 11 cabang, diantaranya 10 cabang berada di Jakarta dan 1 cabang di Medan.

Khusus Chandara, Lucky menerapkan konsep hasil dari diskusi bersama teman asal Thailand. Di mana, dia ingin menampilkan desain interior restoran agak gelap, tenang, nyaman dan lebih pribadi. Dari sinilah, lahir nama Chandara.

"Artinya moon and star, ada star-nya dan moon-nya itu lampu-lampunya, jadi memang agak sedikit gelap, spot light lampunya hanya ke makanan dan ke titik-titik tertentu, contohnya bagian art yang di lukisannya," kata dia.

Guna menonjolkan kesan khas Thailand, di dalam restoran miliknya Lucky menampikan banyak lukisan, ornamen, patung-patung bahkan piring khas Thailand.

Bahkan untuk urusan memasak, dia pun memiliki dua koki asal Thailand dengan spesialisasi yang berbeda. Untuk menu seafood, Lucky mempercayakan masakan yang disajikan di restoran tersebut kepada seorang chef laki-laki, sedangkan untuk makanan tradisional Thailand, dia mempercayakan kepada chef wanita.

"Jadi kita pakai 1 cowok dan 1 cewek. Jadi untuk kari, sup, semuanya cewek, tetapi untuk seafood-nya itu cowok. Kalau ditanya uniknya, saya rasa makanan ini fresh and very authentic," jelas Lucky.

Sajian Menu

Restoran miliknya ini menawarkan beragam menu makanan Thailand mulai dari Gai Hor bai Toey, Nam Prik Long Rua, Yam Pla Duke Foo, Goong Pha, Tom Yam Goong, Kaduk Neua Yang, Piew Warn Gai, Goong Op Wunsen, Gang Pet Phed Yang, dan lain-lain. Harga menu mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 250 ribu.

Untuk rasa dari menu-menu tersebut, menurut Lucky telah diadaptasikan sesuai dengan lidah orang Indonesia.

"Tastenya pun disesuaikan 5% contohnya dari rasa pedas dan asam, mungkin kalau menurut orang Indonesia, makanan Thai terlalu pedas dan terlalu asam jadi kita reduce," tutur dia.

Meskipun menyajikan makanan Thailand, namun pengunjung yang datang ke restoran ini sebagian besar adalah orang Indonesia, sedangkan warga negara Thailand sendiri terbilang sedikit.

"Kita lebih ke lokal, kalau orang Thailand di Jakarta tidak terlalu banyak. Expat ada 5% tapi selebihnya lokal, jadi target kita menengah ke atas," katanya.

Karena telah memulai bisnis restoran sejak 15 tahun lalu, Lucky mengaku tidak mempunyai kendala yang besar dalam mengelola restoran Thailand.

Meski demikian, dia mengakui untuk membuka restoran Thailand ini tidak mudah karena harus benar-benar memahami jenis dan rasa dari masakan Thailand tersebut.

"Musti research lagi, mendalami lagi, jadi kalau kita ambil Thai chef, tidak cukup, harus ada yang diadaptasi. Jadi lebih ke manajemennya, tahu taste-nya orang Indonesia," ungkap dia.

Lucky mengatakan untuk bahan baku masakan lebih banyak berasal dari lokal, bahkan ada beberapa sayuran yang ditanam sendiri. Bahan baku yang masih impor menurutnya hanya sebesar 5% seperti bumbu, saus dan kecap.

Prospek Usaha

Lucky melihat kedepannya minat orang Indonesia terhadap makanan asing akan semakin besar seiring dengan pertambahan pendapatan masyarakatnya dan pertumbuhan masyarakat menengah.

Selain itu, jenis restoran Thailand saat ini masih terhitung sedikit sehingga persaingan belum begitu ketat.

"Jadi akan lebih banyak orang akan spend makanan di luar. Jadi kalau bicara makanan internasional mgkn setelah China, Jepang, nah sekarang makanan Thai. Apalagi sudah banyak orang ke Thailand, pesawat lebih murah, travel lebih gampang, tidak perlu visa dan lain-lain, jadi orang lebih familiar dengan masakan Thailand jadi saya rasa prospek ke depan cukup bagus," katanya.

Ke depan, Lucky ingin mengembangkan bisnisnya dengan membuka lebih banyak restoran Thailand di kota-kota besar di Indonesia. "Kita selalu kalau ada peluang, pasti kita buka (cabang). Location ya harus sesuai dengan target customer kita," tandasnya. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya