Liputan6.com, Jakarta Sejumlah karyawan wanita yang bekerja di pabrik PT Hansoll Hyun dan PT Wilbes Indonesia yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengaku bingung membedakan antara penyakit anemia dan tekanan darah rendah.
Ini terlihat jelas sewaktu Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Muchatrudin Mansyur, SpOK menanyakan langsung pada para karyawan apa anemia dan tekanan darah rendah, dalam `Kunjungan Kerja Dalam Rangka Program MSD for Mothers`, ditulis Rabu (7/5/2014)
Muchtarudin pun menjelaskan perbedaan antara anemia dan tekanan darah rendah.
Anemia
Anemia atau kurang darah adalah suatu keadaan di mana jumlah darah merah (Hb) kurang dari normal. Menurut Muchtarudin, anemia terjadi karena pembentukan sel darah merah yang terhambat. Salah satu faktornya karena kekurangan zat besi dalam tubuh.
"Untuk membentuk Hb dalam tubuh itu banyak faktor. Paling banyak terjadi karena kurangnya asupan zat besi yang berasal dari sayuran hijau, daging, dan sumber lainnya. Asupan seperti ini memang sangat kurang di kalangan pekerja wanita," kata Muchtarudin pada Health Liputan6.com.
Selain asupan yang kurang, tambah Muchtarudin, penyebab lainnya adalah kehilangan zat besi yang berlebihan saat pendarahan hebat, seperti saat haid, melahirkan, menyusui, dan kecelakaan. Kondisi ini menyebabkan pengeluaran zat besi yang cukup banyak.
Di tempat kerja, anemia bisa disebabkan karena paparan logam berat dan timah hitam yang secara terus menerus diterima para karyawan. Bersyukurlah, di dua pabrik itu tidak ditemukan adanya logam berat. Tak hanya logam berat, pelarut yang biasa ada di lem-lem yang kerap digunakan pekerja, juga dapat menyebabkan anemia.
"Memang paling banyak terjadi di buruh. Tapi, di sini tidak ditemukan adanya logam berat dan pelarut-pelarut berbahaya," kata dia menambahkan.
Tanda dan gejala terjadinya anemia
Muchtarudin menyarankan agar para karyawan wanita mengetahui dengan baik tanda dan gejala anemia. Sehingga, ketika mengalaminya dapat langsung memeriksakan diri ke klinik yang sudah disediakan pabrik masing-masing.
- Perasaan mudah lelah, lemah, letih, lesu, dan lunglai (5L)
- Sering pusing atau sakit kepala
- Sering mengantuk
- Pandangan berkunang-kunang dari posisi jongkok ke posisi berdiri atau perubahan posisi
- Pucat pada wajah, telapak tangan, kuku, dan selaput dalam kelopak mata serta bibir.
Para karyawan wanita yang tengah hamil juga harus waspada agar jangan sampai mengalami anemia. Ini bisa berbahaya untuk diri sendiri dan anak di kandungan.
Bahaya untuk ibu:
Advertisement
- Melemahkan ibu, sehingga mudah sakit
- Bila anemia berat (Hb < 8gr%) dapat terjadi payah jantung, keguguran, bayi lahir sebelum waktunya
Bahaya untuk bayi:
- Pertumbuhan janin mungkin akan terganggu, sehingga berat bayi lahir rendah (BBLR) dan perkembangan otaknya mungkin terganggu.
Cara mencegah anemia
Pihak manajeman pabrik mengatakan pihaknya telah melakukan tindakan pencegahan anemia dengan memberikan makan siang dengan jumlah kalori sebesar 1.400 cal. Namun sayang, masih banyak karyawan yang memilih jajan di luar dan lebih senang membeli bakso atau gorengan, sehingga gizi yang seharusnya didapat dengan cuma-cuma, justru tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Meski begitu, pada dasarnya upaya pencegahan anemia bisa dilakukan dengan:
- Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi, terutama yang berasal dari sumber hewani seperti ikan, hati, susu, keju, dan telur
- Periksakan diri ke dokter atau bidan atau pelayanan kesehatan terdekat bila merasakan gejala-gejala itu.
Tekanan darah rendah
Pada dasarnya, darah dalam tubuh berguna untuk dialirkan dari ujung kaki sampai kepala. Selama mengalir, harus dalam keadaan baik. Tapi, bila untuk memompa darahnya terlalu kecil, inilah yang disebut dengan tekanan darah rendah.
Untuk memastikannya, pasien dapat mengetahuinya hanya dengan pengecekan melalui tensimeter.
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering mengintai para pekerja wanita di Indonesia. Dari hasil survei dasar yang dilakukan Project HOPE dan Yayasan Kusuma Buana (YKB) disebut bahwa 40 persen responden pekerja wanita mengalami anemia. Dan sebesar 21 persen diketahui memiliki kadar hemoglobin sedikit di atas normal yang berisiko menjadi anemia.
Menurut pedoman GP2SP yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, karena anemia, pra pekerja akan mengalami kehilangan 6,5 jam kerja per minggu dan penurunan produktivitas sebanyak 10 persen. /Abd