Virus Korona Pasti Berasal dari Unta atau Kelelawar?

Virus Korona belum dapat dikatakan dengan pasti bahwa berasal dari kelelawar dan unta

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 07 Mei 2014, 17:00 WIB
Penelitian baru yang diungkapkan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa unta muda yang berisiko menularkan virus korona.

Liputan6.com, Jakarta Dunia sedang heboh dengan merebaknya virus korona atau Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV). Jenis virus RNA itu disebut-sebut ditemukan di kelelawar dan unta. Namun, belum dapat dikatakan dengan pasti bahwa virus yang menular ke manusia berasal dari dua binatang tersebut.

Demikian penjelasan yang diberikan Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (M), DTM&H, MARS di Ruang Audiotorium Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Utara, Rabu (7/5/2014).

"Virus ini pada banyak penelitian memang ditemukan di kelelawar dan unta. Tapi, belum dapat kita katakan bahwa yang saat ini terjadi pada jamaah umrah ditularkan dari unta dan kelelawar," kata Tjandra Yoga.

Untuk alasannya, Tjandra Yoga menggunakan analogi flu burung, yang terjadi beberapa tahun silam. Flu burung, kata dia, ada orang yang sakit dan secara kebetulan ada ayam yang sakit di rumah itu. Keduanya, memiliki kontak langsung dan virusnya sama. Sedangkan pada virus korona ini yang terjadi berbeda.

Sejauh ini, masih dua kemungkinan virus ini menyebar ke manusia. Kalau tidak dari manusia ke manusia, memang dari unta ke manusia. Namun yang pasti, apabila unta batuk seperti batuk yang dialami manusia, bisa jadi dan terbukti memang unta yang menyebarkan ke manusia. Kalau tidak, berarti belum tentu.

Lebih lanjut Tjandra Yoga menjelaskan, virus ini paling mudah menyerang orang berusia 50 tahun. "Rentang usia 19 bulan sampai 94 tahun," kata dia menjelaskan.

Selain itu, virus ini pun paling mudah menyerang 65 persen pria, 63,4 persen menderita ISPA berat, 29,8 persen dilaporkan tidak menderita gejala ang berat.

"76 persen memiliki kondisi komorbid, yaitu gagal ginjal kronik (13,3 persen), diabetes (10 persen), penyakit jantung (7,5 persen)," kata dia menerangkan. /Abd

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya