BI Rate Bakal Tetap atau Naik?

Sejumlah data makro ekonomi dinilai cukup baik pada awal 2014 yang akan mendukung suku bunga acuan.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mei 2014, 08:20 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Suku bunga acuan/BI Rate diprediksikan tetap di level 7,5%. Hal itu melihat inflasi dinilai masih terkendali dan neraca perdagangan cukup terjaga pada awal 2014.

Direktur PT Bahana TCW Asset Management, Budi Hikmat menuturkan, Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap di kisaran 7,5% pada Mei 2014. Prediksi itu mempertimbangkan neraca perdagangan dan inflasi masih terkendali.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,02% pada April 2014. Deflasi April paling tinggi dari makanan jadi 1,09%, sandang 0,25% dan penurunan harga emas. Namun laju inflasi year on year (April 2013-April 2014) tercatat mencapai 7,25%.

Namun, Budi melihat walau inflasi diperkirakan cenderung turun pada 2014, BI mungkin belum menurunkan suku bunga acuan. Hal itu karena BI tetap mewaspadai defisit neraca transaksi berjalan.

"BI Rate kemungkinan tidak naik, dan juga tidak turun. Neraca transaksi berjalan terhadap GPD diharapkan stabil," ujar Budi, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (8/5/2014).

Bila BI Rate itu tetap di kisaran 7,5%, Budi menilai, sikap BI konservatif untuk menjaga neraca transaksi berjalan. Hal senada dikatakan pengamat ekonomi, David Sumual. Ia mengatakan, BI Rate tetap bertahan di kisaran 7,5% didukung oleh data makro ekonomi Indonesia pada awal 2014.

Meski laju inflasi relatif tinggi 7,25% secara year on year,  David menilai, inflasi masih terkendali dan cenderung rendah pada 2014. Selain itu, neraca perdagangan Indonesia juga cukup baik.

Neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 673,2 juta pada Maret 2014. Surplus neraca perdagangan disebabkan besarnya surplus sektor non migas sebesar US$ 2,05 miliar sedangkan sektor migas mengalami defisit sebesar US$ 1,37 miliar. Total neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 1,07 miliar sepanjang kuartal I 2014.

David menilai, hal perlu diwaspadai jangka panjang yaitu soal pengurangan stimulus moneter AS (tapering) dan wacana kapan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya.

"Tapering telah dilakukan dari US$ 85 miliar menjadi US$ 45 miliar pada Mei ini. Hal ini berlanjut hingga Oktober 2014, lalu nanti tidak ada stimulus. Kemungkinan suku bunga acuan dinaikan, dan banyak yang bilang pada pertengahan tahun depan," kata David.

David menambahkan, bila bank sentral AS, The Federal Reserve menaikkan suku bunganya maka akan timbul gejolak di emerging market. "Hal ini seperti tahun 1997-1998 dengan The Fed menaikkan suku bunga lalu timbul gejolak," ujar David.

Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur pada Kamis 8 Mei 2014. BI Rate berada di kisaran 7,5% ini sejak 12 November 2013. Sejak masa Gubernur BI Agus Martowardojo, BI Rate telah naik sekitar 175 basis poin (bps).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya