Liputan6.com, Seoul - Direktur perusahaan feri Sewol yang tenggelam bulan lalu, pada 16 April 2014, dilaporkan telah ditahan. Ia dikenai tuduhan mengetahui kargo kapal nahas mengalami kelebihan beban, namun tak melakukan apapun. Hanya berdiam diri membiarkannya berlayar.
"Kim Han-sik, presiden Chonghaejin Marine Co Ltd, diduga telah menyadari bahwa kargo feri Sewol melampaui batas, tetapi tidak melakukan apa-apa sebelum perjalanan kapal tersebut. Sehingga akhirnya kapal tenggelam pada 16 April," ungkap Jaksa Senior Korea Selatan, Yang Jung-jin seperti dimuat TIME, Kamis (8/5/2014).
Lanjut Jaksa Yang, pihaknya kini ia sedang menyelidiki tindakan Kim. Untuk melihat apakah mereka perlu mengeluarkan surat penangkapan resmi.
Lebih dari tiga minggu setelah tenggelamnya Sewol, 269 jenazah ditemukan. 35 Lainnya masih dinyatakan hilang, sementara 74 orang selamat, termasuk 15 orang awak kapal.
Advertisement
15 Awak yang selamat telah ditangkap, dituduh lalai dan gagal melindungi penumpang. 5 karyawan Chonghaejin lainnya, yang menangani kargo di kapal, juga telah ditangkap.
Perdana Menteri Korea Selatan mengatakan, aparat mencoba untuk menyelesaikan pencarian korban yang hilang pada Sabtu 5 Mei.
Pencarian terhambat oleh arus yang kuat, cuaca buruk membuat puing-puing di dalam kapal terombang-ambing. Seorang penyelam sipil bahkan tak sadarkan diri dalam pencarian itu, ia meninggal pada hari Selasa 8 Mei. Ia adalah korban tewas pertama di antara penyelam yang dikerahkan sejak tenggelamnya kapal tersebut.
Pada Rabu 9 Mei, pemerintah mengumumkan salah hitung jumlah korban. Tentu saja hal itu membuat kepercayaan masyarakat terkait penanganan kecelakaan ini, menurun.
Kepala penjaga pantai Kim Suk-kyoon mengatakan, 172 orang selamat dari tenggelamnya feri Sewol --bukan 174 seperti yang diumumkan pemerintah pada 18 April.
Kim mengatakan, salah satu korban tak sengaja terdaftar dua kali dan dia menyalahkan kekeliruan pada laporan penumpang yang tidak akurat. Perubahan itu tentu saja menimbulkan kekhawatiran bahwa jumlah korban tewas menjadi 304 orang.
Lebih dari 80 persen dari korban adalah siswa dari Danwon High School, yang dalam perjalanan menuju pulau wisata Jeju. (Ein)