Liputan6.com, New York - Sudah lebih dari 60 hari pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 hilang tanpa meninggalkan jejak. Tak ada penanda keberadaannya, puing maupun jasad dari 239 orang di dalamnya. Pihak Malaysia, China, dan Australia sementara menghentikan pencarian, untuk merencanakan langkah selanjutnya demi menemukan Boeing 777-200 ER itu di Samudera Hindia.
Tak diketahui seperti apa pencarian yang akan dilakukan dan sampai kapan, hingga burung besi itu ditemukan. Hanya dua hal yang pasti: perburuan selanjutnya akan makin sulit dan mahal. Tahap berikutnya akan difokuskan di wilayah seluas 60.000 kilometer persegi dasar laut, di wilayah laut yang kedalamannya belum pernah dipetakan. Sebuah proses yang bisa memakan waktu 6 sampai 8 bulan.
Pesawat tak berawak Bluefin-21 milik Amerika Serikat akan terus melanjutkan misinya di bawah air. Sejauh ini, drone tersebut telah meminda area seluas 400 kilometer persegi di dasar Samudera Hindia. Tapi sama sekali tak membuahkan hasil. Padahal, dibutuhkan ongkos sebesar US$40 ribu per hari untuk menggunakannya.
Kabar berita tak kunjung datang, skeptisisme pun merebak. Berdasarkan jajak pendapat terbaru, kebanyakan warga AS meyakini, pencarian pesawat yang hilang harus dilanjutkan. Namun, lebih dari setengahnya berpendapat, misteri MH370 tak akan terpecahkan.
Survei yang dilakukan CNN/ORC International, dilakukan 2 bulan setelah pesawat tujuan Kuala Lumpur-Beijing hilang pada 8 Maret 2014.
Hampir 69% responden berpendapat, pencarian harus dilanjutkan, meski 79 persen lainnya yakin benar, tak mungkin ada korban selamat yang ditemukan.
Sebanyak 52% responden percaya bahwa masyarakat umum akhirnya akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada MH370, namun 46% berpendapat, nasib pesawat milik Malaysia Airlines itu akan terus menjadi misteri.
Sementara, hanya 26 persen warga AS berpendapat, Pemerintah Malaysia telah melakukan yang terbaik dalam mengelola pencarian dan memberikan informasi kepada masyarakat umum.
Survei tersebut didasarkan pada wawancara telepon terhadap 1.008 responden, warga AS berusia dewasa (22-55 tahun), yang dilakukan pada 2 Mei sampai 4 Mei, dengan sampling error plus minus 3,5%. Berdekatan dengan momentum penangkapan 11 terduga teroris yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda ditangkap di Kuala Lumpur dan Kedah -- kepada mereka dipertanyakan soal keterlibatannya dalam kasus hilangnya pesawat.
Campur Tangan 'Alien'
Advertisement
Seperti dimuat Daily Mail, survei yang dilakukan CNN/ORC International juga bertanya pada responden soal dugaan penyebab kecelakaan MH370.
Hasilnya, sebanyak 57% responden berpendapat teroris diduga kuat terkait dengan kecelakaan MH370. Meski belum ada kelompok atau organisasi yang menyatakan bertanggung jawab.
Lebih jauh lagi, 42 persen dari masyarakat AS percaya pembajak pesawat terlibat, sementara 52 persen mengatakan kegagalan mekanis mungkin jadi penyebab. Hanya seperempat mengatakan bahwa kru atau pilot pesawat ikut andil.
Sementara 9 persen responden berpikir 'alien dari luar angkasa' atau makhluk dari dimensi lain terlibat dalam hilangnya MH370.
Apapun hasil survei yang dihasilkan, keluarga dan kerabat para penumpang MH370 harus bergulat dengan kenyataan pahit. "Makin sulit seiring waktu berlalu," kata Danica Weeks, yang suaminya, Paul ada dalam pesawat itu, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Kamis (8/4/2014). "Aku sudah siap secara fisik dan mental untuk mempersiapkan upacara pemakaman suamiku." (Tnt)
Baca Juga