Liputan6.com, Jakarta Sejak Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berlaku, banyak pasien mengeluhkan kondisi antrean yang semakin panjang di rumah sakit. Pasalnya, antrean ini akhirnya juga membuat tenaga medis kewalahan.
Usut punya usut, antrean ini ternyata disebabkan oleh sistem administrasi yang terlalu lama. Maklum, sejak 1 Januari 2014, seluruh sistem rumah sakit harus melakukan input data melalui komputerisasi yang manual.
Advertisement
Salah satu Rumah Sakit yang mengalami antrean panjang tersebut adalah RS Prof Dr Margono Soekarjo. Kepala Bagian Perencanaan RS Prof Dr Margono Soekarjo, Yunita Diah Suminar mengatakan, tak jarang ia melihat pasiennya gelisah, mengomel dan melotot di meja registrasi karena petugas yang mengisi data terlalu lama.
Yunita sendiri tak menampik bahwa waktu yang diperlukan untuk menginput data pasien BPJS baik Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau Non PBI cukup lama. Untuk satu pasien dibutuhkan waktu sekitar 3-5 menit. Sedangkan setiap harinya, pasien yang datang ke RS yang berada di Purwokerto, Jawa Tengah mencapai 800-900 pasien.
Kerugian ini, lanjut Yunita, pada akhirnya bukan hanya berdampak bagi pasien. Tapi di sisi rumah sakit juga dinilai tidak efisien. "Data yang diinput dalam 3 sistem cenderung tidak lengkap dan tidak valid. Selain itu butuh waktu lama dan SDM yang berbeda. Banyaknya data klaim yang melalui proses verifikasi juga lama dan klaim menjadi lama (cashflow terganggu)."
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Direktur RS Prof Dr Margono Soekarjo, Haryadi Ibnu Juna Edi menuturkan langkah efektif dalam menanggulangi antrean panjang di RS. Dengan bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, RS Prof Dr Margono Soekarjo membangun bridging system, perubahan sistem pelayanan sistem administrasi berbasis IT mulai dari pendaftaran (registrasi), proses pelayanan (rekam medik elektronik), proses klaim dan pembiyaan.
"Yang tadinya pasien menunggu hingga 5 menit di meja registrasi, kini hanya 1 menit. Selain itu dengan bridging system, kekeliruan juga bisa dikurangi. Proses klaim juga lebih cepat," ungkapnya pada wartawan di Media Center, BPJS Kesehatan, Kamis (8/5/2014).
Sebagai RS pertama yang melakukan bridging system, RS Prof Dr Margono Soekarjo pada 28 April lalu menerima penghargaan dari BPJS Kesehatan karena berhasil menggunakan sistem dengan baik dan mengatasi masalah di rumah sakit.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan, Dadang Setiabudi mengatakan bridging system sendiri baru berlaku di lima rumah sakit, seperti RSUD Koja Jakarta Utara, RSUP Persahabatan Jakarta Timur, RSUD Margono Soekarjo Purwokerto, RSUP Kandou Manado dan RSUP Wahidin Sudiro Husodo Makassar.
Dadang menambahkan, sebanyak 12 RS lainnya akan menyusul lima RS yang menggunakan bridging system karena saat ini masih dalam tahap uji coba. Rumah Sakit tersebut yakni,
1. RS Cipto Mangunkusumo
2. RSUD Tarakan
3. RS Jantung Harapan Kita
4. RSUD Budhi Asih
5. RSPI Sulianti Saroso
6. RS Hasan Sadikin Bandung
7. RSUP Dr. Kariadi Semarang
8. RSUD Tugurejo Semarang
9. RSUD Moewardi Surakarta
10. RS Ortopedi Suharso Sukoharjo
11. RSUD Sutomo Surabaya
12. RSU Haji Surabaya