Defisit Transaksi berjalan Turun US$ 100 Juta di Kuartal I

Impor barang turun dan berkurangnya defisit neraca jasa dan pendapatan membuat kinerja transaksi berjalan membaik menjadi US$ 4,2 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mei 2014, 18:30 WIB
Ilustrasi (vibiznews.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengatakan ada tren perbaikan kinerja transaksi berjalan pada kuartal I 2014. Defisit transaksi berjalan turun dari US$ 4,3 miliar (2,12% terhadap produk domestik bruto/ PDB) pada kuartal IV 2013 menjadi US$ 4,2 miliar (2,06% terhadap PDB) pada kuartal I 2014.

Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs menuturkan, perbaikan ini bersumber dari penurunan impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. Impor non migas masih terkontraksi mengikuti moderasi permintaan domestik sebagaimana tercermin dari menurunnya impor bahan baku dan barang modal.

Meski pun impor non migas mengalami penurunan, surplus neraca perdagangan non migas kuartal I 2014 tercatat lebih rendah dari pada kuartal IV 2014. Hal itu dipengaruhi ekspor non migas yang secara nominal kembali tumbuh negatif.

Sejumlah faktor yang mempengaruhinya antara lain melemahnya permintaan global terutama China, penurunan harga komoditas global dan pengaruh temporer kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah.

"Selain itu, impor migas juga terkontraksi lebih dalam mengikuti pola konsumsi BBM yang lebih rendah di awal tahun. Namun demikian, ekspor migas yang juga tumbuh negatif seiring turunnya produksi minyak menyebabkan defisit neraca perdagangan migas meningkat," kata Peter, seperti dikutip dari keterangan yang diterbitkan, Jumat (9/5/2014).

Sementara itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa tranportasi, mengikuti turunnya impor barang dan pengeluaran jasa travel.

Lalu mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia bepergian ke luar negeri, pasca berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun. Kemudian dalam periode sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri sesuai jadwalnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya