Liputan6.com, Siak, Riau - Siapa tidak mengenal Istana Siak? Kesultanan Siak Sri Inderapura merupakan Kerajaan Melayu kebanggaan warga Riau. Berdiri kokoh di Kabupaten Siak, istana ini menyimpan sejarah dan kenangan Sultan Syarif Kasim II selama masa kepemimpinan 1915-1949.
Istana Matahari Timur, julukan Istana Siak bagi orang Belanda cukup ditempuh dengan jarak sekitar 30-40 menit dari base camp Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak Pusako (BSP) Pertamina Hulu Pedada, Kabupaten Siak.
Sesampai di sana, nampak bangunan berwarna kuning tidak terlalu besar. Pengunjung yang datang akan disambut dengan tatanan bunga Bougenvile warna warni. Beberapa pengunjung pun sudah sibuk mengabadikan momen di Istana Siak mulai dari luar.
Untuk masuk ke istana, pengunjung harus membeli tiket masuk. Harganya terjangkau sebesar Rp 3.000 per orang bagi dewasa, dan anak-anak Rp 2.000 per orang. Sedangkan turis asing dikenai Rp 10 ribu untuk dewasa dan anak-anak Rp 5.000 per orang.
Advertisement
Mau melihat isi istana, pengunjung harus membuka alas kaki dan mengisi buku tamu. Di halaman depan, terpajang foto ayahanda Sultan Syarif Kasim II, Sultan Sassyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Sultan XI) yang memerintah pada 1889-1908 dan beberapa hiasan lain.
Ketika kaki melangkah lebih dalam, istana yang bernama resmi Asserayatul Hasyimiah, disambut beberapa lambang kerajaan yang menghiasi ruangan, seperti patung sultan, foto sultan beserta istri pertama, Tengku Agung dan lainnya.
Di sisi kanan ruangan terdapat beberapa meriam perang berukuran sedang. Menariknya ada sebuah meriam yang sudah terbelah namun tetap utuh.
Menurut penjaga Istana, Rozali, meriam ini pernah dicuri pada 1960 dan hendak dijual ke Singapura. "Namun kapal yang membawa meriam ini tertabrak karam dan tenggelam di Teluk Siak. Saat dicari lagi meriam itu, ternyata sudah terpotong," ujarnya kepada Liputan6.com, Riau, seperti ditulis Senin (12/5/2014).
Menyusuri setiap sudut ruangan, peninggalan-peninggalan Sultan Syarif Kasim II masih terlihat lengkap dan terawat, misalnya saja mahkota Sultan, perlengkapan makan kerajaan, dan segala benda-benda kesayangan Sultan serta istri.
Ada pula cermin milik Tengku Agung yang terbuat dari kristal. Konon katanya jika berkaca di cermin tersebut, wajah seseorang akan tetap awet muda. Mendengar cerita tersebut, pengunjung banyak yang penasaran dan mencobanya.
Dari seluruh benda-benda peninggalan Sultan, ada satu barang yang cukup menyedot perhatian. Sebuah pemutar piringan hitam atau gramafone milik sang Sultan. Istana ini ternyata masih menyimpan lengkap piringan-piringan hitam lagu favorit Sultan.
Namun siapa sangka bila ternyata Sultan Siak terakhir itu merupakan penggemar berat karya Beethoven, seorang komponis musik klasik asal Jerman. "Sultan Syarif Kasim II penyuka lagu-lagu klasik, seperti karya Beethoven," tutup Rozali menggambarkan sisi lain dari kehidupan Sultan yang namanya diabadikan menjadi nama bandara internasional di Riau. (Fik/Igw)