Liputan6.com, Papua - Seorang dosen di Papua mengembangkan sekolah kampung sebagai jembatan untuk mengantar anak-anak menuju sekolah formal. Sekolah ini berada di pesisir Pantai Timur, Kampung Beneraf, Kabupaten Sarmi, sekitar 300 kilometer dari Kota Jayapura.
Adalah John Rahail salah satu kandidat Liputan 6 Awards 2014 yang mencoba memanfaatkan sarana alam dan budaya setempat agar anak-anak Papua belajar melalui kearifan lokal.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (13/5/2104), untuk mengenalkan kearifan lokal, anak-anak Papua diajarkan cara belajar yang sederhana. Misalnya seakan-akan berburu, anak-anak memanah buah dan menghitungnya. Semua ini untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar sebagai landasan berhitung dan membaca sebelum akhirnya siap masuk ke jalur sekolah formal.
Usaha yang dilakukan Dosen Universitas Cendrawasih ini mendapat dukungan dari para orangtua murid. Mereka mengatakan saat berada di sekolah kampung dan di sekolah formal, anak-anaknya lebih percaya diri dan berani ketika menjawab pertanyaan.
Tak sedikit tantangan yang John hadapi untuk mengantarkan anak-anak pedalaman Papua mendapatkan pedidikan yang layak. Selain seringnya kesulitan berdaptasi dengan sistem sekolah formal yang waktu belajarnya kaku dengan kurikulum bernuansa kota, sumber daya manusia di Papua juga berkembang lambat. Hal ini ditunjukkan dengan indeks pertumbuhan manusia yang lemah.
Advertisement
Tentu mengembangkan ide baru tidak mudah. Usahanya ini juga sempat diragukan oleh banyak orang. Mereka mengatakan sekolah formal saja tidak jalan, apalagi membuat sekolah kampung yang tidak ada gedung, guru, kurikulum, dan tidak ada gaji.
Akhirnya, upaya dan kegigihan John menarik perhatian. Penghargaan termasuk Anugerah Peduli Pendidikan 2014 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berhasil didapatkan laki-laki berusia 48 tahun ini. (Yus)