Liputan6.com, Jakarta - Kejahatan melalui internet atau cyber crime kembali terjadi di Indonesia. Skimming kartu Automated Teller Machine (ATM) adalah salah satu kasus cyber crime yang tengah ramai diperbincangkan, terutama sejak ribuan nasabah PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT. Bank Mandiri Tbk (Mandiri) menjadi korban.
Denny Sugiri, Auditor Information Security Management System (ISMS) mengatakan, kasus skimming kartu ATM sebenarnya sering terjadi namun hanya beberapa kasus yang terekspos. Ia memaparkan, seharusnya pihak bank meningkatkan sistem keamanannya, terlebih para hacker kini semakin pintar.
"Hacker makin lama semakin pintar. Maka dari itu pihak bank harus melakukan analisa risiko terhadap potensi permasalahan pada update system serta kontrol kemanan dan informasi agar hal itu tidak terjadi. Mungkin penerapan analisa risiko yang kurang menjadi salah satu penyebab terjadinya skimming," kata Denny yang ditemui tim Tekno Liputan6.com di Kuningan Royal Hotel, Jakarta.
Teknologi secanggih apapun, lanjut Denny, jika kontrol dan manajemen disiplinnya tidak diterapkan, kasus skimming akan selalu terjadi. Untuk menghindari serangan hacker, Denny menyebut pihak bank perlu memberlakukan sistem keamanan informasi berstandar internasional ISO 200001 tentang sistim keamanan informasi untuk memberikan kepastian dan keamanan penggunaan informasi.
"Kemampuan menganalisa risiko pada sebuah perusahaan dipastikan mampu menyediakan sistem keamanan informasi dengan baik agar terhindar dari cyber crime, seperti pembobolan password hingga mesin ATM ," tambah Denny.
Skimming sendiri adalah pencurian informasi seperti nomor PIN dan akun nasabah melalui mesin ATM. Kasus ini telah menjadi perhatian Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengawas perbankan ini meminta bank lebih serius mengembangkan teknologi informasi.
Energi & Tambang