Liputan6.com, Jakarta Selalu ada yang beda itulah pesan kuat desainer Didiet Maulana saat diwawancarai liputan6.com pada Rabu pagi (7/5/2014). Jadwalnya hari itu cukup padat. Setelah wawancara dilakukan, Didiet pun bersegera melayani klien yang datang di butiknya yang berlokasi di Jalan Dempo 1 No.59, Kebayoran Baru, Jakarta.
Sukses dengan IKAT Indonesia, label yang didirikannya pada tahun 2011, Didiet dikenal sebagai seorang desainer busana-busana tradisional. Pada karya-karyanya ada feel tradisional yang kental, namun jika diperhatikan secara saksama terlihat sentuhan kreativitas sang desainer.
Advertisement
Ditanya mengenai aplikasi daya kreatif pada rancang busana tradisional, Didit mengatakan “Saat merancang busana saya selalu menghadirkan sentuhan kreatifitas yang berbeda di mana hal itu menjadi value lebih yang saya berikan sebagai seorang desainer. Adalah tugas desainer busana tradisional untuk menciptakan karya-karya kreatif namun tak lepas dari nuansa tradisional Indonesia”.
Didiet mengatakan bahwa setiap jenis kain punya cerita sendiri dan Didiet menghormati hal itu. Namun menurutnya, dalam mendesain perlu ada ruang bebas dalam berkreatifitas. Baginya yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana menampilkan estetika busana tanpa menghilangkan nuansa tradisional itu sendiri.
“Memang orang-orang berusia lanjut cenderung ketat dengan pakem-pakem busana tradisional, namun saya yakin bahwa selama pakem dasarnya tak dihilangkan, kreasi-kreasi baru dari busana tradisional tersebut akan dapat diterima dengan baik,” Ucap Didiet.
Desainer yang merancang baju tradisional Barbie pada perayaan ulang tahun Barbie ke-55 yakin bahwa dengan menghormati pakem dasar, kreasi-kreasi baru busana tradisional yang dihasilkan menjadi sebuah bentuk apresiasi yang tak keluar dari jiwa dasar busana tradisional.
Di bawah panduan nilai tersebut, desainer yang lahir pada 18 Januari 1981 ini melakukan berbagai kreasi busana tradisional, misalnya menggabungkan model busana tradisional dari dua daerah berbeda pada satu karya atau juga menggabungkan model busana tradisional dengan busana internasional.
Salah satu kesulitan yang dialami oleh Didiet saat merancang busana tradisional adalah mendapat referensi tentang rancangan original dari busana tradisional satu daerah. Kesulitan ini diatasinya dengan berdiskusi bersama para desainer busana tradisional senior, misalnya Edward Hutabarat, Ghea Panggabean, dan Biyan.
Sebagaimana yang dikatakannya, apresiasi terhadap budaya tradisional Indonesia adalah apa yang ingin disampaikan Didiet melalui karya-karyanya. Didiet berharap agar generasi muda bisa lebih mengenal budaya tradisional Indonesia dan semakin bangga dengan kekayaan budaya tradisional Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini Didiet, melalui IKAT Indonesia, berupaya membuat karya-karya nuansa tradisional Indonesia yang bisa disukai dunia anak muda.
“Oleh karena itu saya buat koleksi-koleksi busana ready-to-wear kasual bernuansa tradisonal. Saya ingin unsur gaya tradisional bukan hanya dipakai pada kesempatan-kesempatan formal tapi juga pada kehidupan sehari-hari. Respons masyarakat sangat baik dan semakin meluas,” ucap desainer yang pada tahun 2013 merancang pakaian untuk menteri-menteri keuangan 21 negara yang menjadi peserta Konferensi Tingkat Tinggi APEC. (Bio/Igw)