Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut aturan pembelian kembali (buyback) saham tanpa harus melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pencabutan tersebut tertuang dalam Surat Edaran OJK tentang Pencabutan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.04/2013.
Deputi Komisioner OJK Manajemen Strategis 1 B, Lucky Fathul AH menjelaskan landasan OJK mencabut aturan buyback tersebut setelah indikator pasar menunjukkan kondisi perdagangan saham di Bursa Efek di Indonesia (BEI) sudah tidak lagi mengalami tekanan dan sudah tidak mengalami fluktuasi secara signifikan.
"Selain itu, kondisi perekonomian baik regional maupun nasional menunjukkan pertumbuhan dan tren perkembangan yang positif," jelasnya seperti ditulis dalam keterangan pers, Rabu (14/5/2014). Menurut Lucky, Surat Edaran ini mulai berlaku sejak 14 Mei 2014.
Dengan pencabutan tersebut, maka emiten atau perusahaan publik tidak dapat lagi melakukan pembelian kembali sahamnya dengan landasan POJK Nomor 2/POJK.04/2013.
Bagi emiten yang telah melaksanakan keterbukaan informasi kepada OJK dan BEI untuk melakukan pembelian kembali saham berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.04/2013 juncto POJK Nomor 2/POJK.04/2013 namun jangka waktu 3 bulan untuk pembelian kembali belum berakhir, maka dapat meneruskan buyback tersebut sampai dengan program pembelian kembali selesai.
Menurut aturan sebelumnya, emiten dapat melakukan buyback saham tanpa RUPS saat kondisi pasar dianggap berfluktuasi secara signifikan. Kondisi tersebut jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara berturut-turut secara kumulatif turun minimal 15% atau berdasarkan kondisi lain yang ditetapkan OJK.
Dalam aturan tersebut, emiten dapat melakukan buyback maksimal 20% dari modal disetor tanpa persetujuan RUPS. Namun, pembelian dalam kondisi itu baru bisa dilakukan setelah perusahaan yang hendak melakukan buyback telah menyampaikan laporan keterbukaan informasi kepada OJK dan BEI.
Seperti diketahui, membaiknya kondisi ekonomi ditandai dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan Indonesia mengalami deflasi pada April 2014 sebesar 0,02%. Deflasi ini dipicu beberapa hal.
"Deflasi April ini paling tinggi dari makanan jadi 1,09%, sandang 0,25% dan penurunan harga emas," jelas Kepala BPS Suryamin.
Dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK) yang disurvei BPS, sebanyak 39 daerah mengalami deflasi sementara 43 kota lainnya masih mengalami inflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,79%. Sementara Inflasi terendah di Lhokseumawe 0,01%. Sedangkan inflasi tertinggi 1,57%. "Terendah Jember dan Samarinda," tutur dia.(Yas/Gdn)
OJK Cabut Aturan Buyback Saham Tanpa RUPS
Dengan pencabutan tersebut, maka emiten tidak dapat lagi melakukan pembelian kembali sahamnya dengan landasan POJK Nomor 2/POJK.04/2013.
diperbarui 15 Mei 2014, 10:00 WIBKapitalisasi pasar modal Indonesia mencapai Rp 4.800 triliun pada Senin pekan ini.
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Memahami Grafik Fungsi, Komponen, dan Cara Menggambarnya yang Mudah
Kasus Tom Lembong, Kejagung Masih Tunggu Hasil Hitung Kerugian Negara
Penerbitan Nomor Induk Berusaha 99% Didominasi UMKM, Ini Buktinya
Top 3 Tekno: Merger XL Axiata-Smartfren Jadi Sorotan
Dalang Ki Warseno Slenk Tutup Usia
VIDEO: Israel Rilis Video Tentara Beroperasi di Suriah
Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Hobi Unik Gus Baha
Series Waktu Kedua dari Vidio Original Series Akan Menjadi Kembalinya Kimberly Ryder ke Dunia Hiburan
Saksikan FTV Kisah Nyata Siang Spesial di Indosiar, Kamis 12 Desember Via Live Streaming Pukul 12.00 WIB
Profil Gong Li, Artis Terkemuka Mandarin yang Bersinar di Panggung Hollywood
5 Tanda Pria Menyukaimu Secara Diam-Diam
Fungsi dan Tujuan Pemilu: Memahami Peran Penting Pemilihan Umum dalam Demokrasi