Serahkan 16 Pokok Pikiran 3 Capres, LDII Tak Ingin Jadi Penonton

Pihak Lembaga Dakwah Islam Indonesia ingin memiliki peran dalam membangun Indonesia.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 15 Mei 2014, 07:24 WIB
Jokowi dan Prabowo saat Pilkada DKI Jakarta 2012 (Antara/Yudhi Mahatma)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengundang 3 capres unggulan saat ini, yakni Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie. Dalam setiap pertemuannya, LDII menitipkan 16 pokok pikiran yang akan diserahkan pada setiap capres.

Anggota Dewan Pakar LDII Chriswanto Santoso mengatakan, LDII ingin pada pemilu kali ini tidak hanya berada dalam posisi objek, tapi subjek. LDII ingin memiliki peran dalam membangun Indonesia.

"Karena itu kami melakukan focus group discussion. Kami menghadirkan 16 pokok pikiran LDII dan kita berikan pada capres. Kami tidak ingin hanya menjadi penonton, tapi menjadi pemain," kata Chriswanto, di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2014).

Dalam 16 pokok pikiran itu, LDII menghadirkan paparan masalah bangsa yang akan dihadapi para capres mendatang. Tapi, LDII juga sudah menyiapkan saran pemecahan atas masalah masalah itu. "Semua bidang ada. Mulai ekonomi, pertanian, energi, termasuk membentuk legitimasi etik dalam pilres," lanjutnya.

Dalam rapimnas ini, kata Chriswanto, pihaknya ingin memberikan pandangan bagi warga LDII agar rasional dalam memilih pemimpin ke depan. Sebab, selama ini pemimpin Indonesia dipilih karena legitimasi kuantitatif, bukan legitimasi etik.

"Sehingga yang terpilih pemimpin yang tidak legitimatif, sehingga bahasa saya menjadi keterpilihan bukan keterwakilan. Kami ingin membangun warga kami untuk rasional, sehingga memilih presiden mengarah pada legitimasi etik, sehingga tidak menyesal ke depan," ungkap Chriswanto.

Meski mengundang ketiga capres, LDII tidak akan menentukan sikap mendukung salah satu capres dalam rapimnas. Sebab, hal itu sudah diatur dalam Munas LDII beberapa waktu lalu.

"Saya tidak bisa secara institusi mana yang lebih oke karena kami terikat komitmen dalam munas kami amanahnya netral aktif. Secara institusi kami tidak mungkin membuat statement siapa yang baik. Tapi kami mengajari warga kami sikap rasional sikap yang betul betul benar menciptakan legitimasi etik," pungkas Chriswanto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya