Saingan Baru Viagra, Krim Pengobat Disfungsi Ereksi

Pil biru ikonik Viagra telah menawarkan bantuan bagi jutaan pria. Tapi, para lmuwan berusaha membuat krim untuk mengatasi Disfungsi Ereksi.

oleh Melly Febrida diperbarui 16 Mei 2014, 21:00 WIB
(Foto: Istimewa)

Liputan6.com, New York Viagra sejak diperkenalkan pada masyarakat dan diproduksi massal pada 1998 menjadi pengobatan pilihan untuk pria yang mengalami disfungsi ereksi. Tapi, kini `pekerjaan ` viagra bisa digantikan oleh krim topikal yang sudah melewati fase pertama uji klinis.

Pil biru ikonik Viagra telah menawarkan bantuan bagi jutaan pria. Tapi, para lmuwan berusaha mencoba merancang metode yang tak perlu mengonsumsi obat tapi bisa mengenai jaringannya secara langsung.

Peneliti dari perusahaan bioteknologi Strategic Science & Technologies (SST) meyakini akan mencapai kesuksesan terbaru dalam pengobatan disfungsi ereksi dengan meminimalkan efeks samping dari konsumsi obat oral, termasuk sakit perut, mual, kemerahan pada wajah, dan sakit kepala.

Hal ini kebanyakan disebabkan risiko alami dari phosphodiesterase type 5 (PDE5), enzim yang merangsang aliran darah ke penis.

Krim topikal dari SST yang dikenal dengan SST-6006 menghindari efek samping dengan menurunkan 20 kali lipat dosis yang tersisa di aliran darah. Ini berarti dengan minum pil viagra dengan 50 miligram sildenafil akan meninggalkan sejumlah aobat dalam aliran darah pengguna. Sementara, krim topikal yang dioleskan secara langsung ke kulit akan meninggalkan konsentrasi yang lebih sedikit 20 kali. Untuk pengguna, ini berarti pengobatan yang lebih efisien.

"Kami berharap memulai tahap kedua uji klinis pada tahun ini untuk menunjukkan kemanjuran SST 6006 pada pasien dengan tujuan mengkomersilkan produk OTC topikal aman dan efektif untuk pria dengan disfungsi ereksi," kata Chief Executive Officer of SST, Dr. Eric Fossel, seperti dilansir MedicalDaily, Jumat (16/5/2014).

SST bukan biotek pertama yang mencoba membuat krim untuk disfungsi ereksi. Pada awal tahun 1996, sebelum Viagra memukul pasaran, peneliti bekerja keras mengembangkan cara untuk mengatasi kondisi tersebut.

Sebuah kelompok ilmuwan mengandalkan krim yang mengandung tiga obat yang berbeda untuk memperlebar pembuluh darah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya