Liputan6.com, Jakarta Meski jumlah kematian kematian dan kasus virus mematikan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) terus meningkat, tapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan kasus MERS sebagai kedaruratan kesehatan global.
Mengutip laman WHO, Jumat (16/5/2014) anggota Komite kedaruratan (emergency comitte) yang bertemu di Jenewa Selasa (13/5) mengungkapkan, MERS telah menyebar ke negara Eropa, Asia dan Amerika dan membunuh setidaknya 30 persen penderita yang terinfeksi. Hingga kini WHO juga telah menerima laporan bahwa sekitar 500 pasien mengalami MERS. Tapi belum ada bukti penularan MERS antar sesama manusia.
Advertisement
"Tidak ada bukti bahwa ada penularan dari manusia ke manusia sehingga kami belum mengeluarkan kondisi untuk darurat kesehatan atau the conditions for a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)," tulis WHO.
Asisten Direktur Jenderal WHO untuk keamanan kesehatan, Keiji Fukuda, mengatakan alasan utama untuk tidak menyatakan mengeluarkan status darurat MERS karena tidak mudah menyatakan suatu virus menyebar dengan mudah antar manusia.
Disamping itu, Ahli virus dari Inggris, Ben Neuman yang Liputan6.com kutip dari Nydailynews mengatakan, keputusan WHO terukur dan masuk akal untuk sebuah epidemi yang berkembang karena MERS merupakan penyakit yang sangat serius tapi penyebaran antar ke manusia sendiri masih diperdebatkan bahkan di Arab Saudi.
"Peraturan kesehatan global mendefinisikan PHEIC sebagai kejadian luar biasa yang menimbulkan risiko bagi negara-negara anggota WHO lain melalui penyebaran penyakit secara internasional dan mungkin memerlukan respons internasional yang terkoordinasi," katanya.
Di lain pihak, Deputi III Bidang Koordinasi Kesehatan, Kependudukan dan KB Kemenko Kesra selaku Sekretaris Komnas Pengendalian Zoonosis, dr Emil Agustiono mengungkapkan status potensi darurat kesehatan secara internasional ini belum dikeluarkan mungkin karena melihat jumlah kematian yang masih sedikit walaupun kasus baru terus meningkat.
Yang terpenting, kata Emil, masyarakat dihimbau untuk menjaga higienis perorangan, menghindari kontak kerumunan orang banyak, tidak berkunjung ke peternakan unta atau berfoto sambil memegang hidung unta atau minum susunya.
Sebelumnya, ketakutan internasional tentang virus baru yang terus berkembang dalam beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan kasus yang signifikan terutama di Arab Saudi. WHO melaporkan, sejak kasus MERS ini mencuat, ada 495 orang telah terinfeksi dan 152 di antaranya meninggal dunia.
Otoritas kesehatan Belanda baru-baru ini juga mengatakan bahwa pada hari Rabu ada seorang pria yang kembali dari Arab Saudi dan terindentifikasi MERS.