Gading Nite Carnival 2014, Antusiasme Mimpi dan Budaya RI

Gading Nite Carnival 2014 hadirkan antusiasme mimpi dan budaya Indonesia. Acara yang semarak ini berhasil menghibur para penonton.

oleh Bio In God Bless diperbarui 16 Mei 2014, 12:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Melihat karnival atau pawai memang sangat menyenangkan. Apalagi karnival malam hari di sepanjang jalan kota. Kostum warna-warni dan lampu-lampu membuat malam menjadi semarak. Feel festive inilah yang hadir pada acara Gading Nite Carnival 2014 yang diselenggarakan pada 15 Mei 2014 di Sentra Kelapa Gading.

 

Gading Nite Carnival merupakan salah satu dari tiga rangkaian utama Jakarta Fashion & Food Festival yang berlangsung sejak 9 Mei 2014 hingga 1 Juni 2014. Dua acara utama lainnya adalah Fashion Extravaganza dan Food Festival. Pukul 17.00 WIB jalan Boulevard Raya ditutup untuk penyelenggaraan parade ini. Tamu-tamu undangan mulai mengisi bangku-bangku pada pukul 18.00. Satu jam kemudian MC pun tampil di atas panggung.

Foto dok. Liputan6.com
 

Pinggir pagar area karnival pun dipadati oleh para penonton, baik pengunjung Mall Kelapa Gading dan La Piazza ataupun orang-orang yang ada di Jalan Boulevard Raya. Ramai dan semua orang antusias ingin melihat karnival tersebut. Pidato sambutan pertama disampaikan oleh Johanes Mardjuki, Presiden Direktur PT Summarecon Agung yang membawahi Mall Kelapa Gading, La Piazza, dan lainnya.

 

Johanes mengatakan bahwa acara Jakarta Fashion & Food Festival ditujukan untuk memberi kontribusi bagi negara dalam bidang industri fesyen dan kuliner. Mengenai Gading Nite Carnival tahun ini, Johanes berharap agar parade tersebut dapat menghibur dan memperluas wawasan masyarakat tentang kekayaan keberagaman budaya Indonesia.

Foto dok. Liputan6.com
 

Mulainya karnival ditandai secara resmi oleh pembunyian sirine yang dilakukan oleh wakil gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang dalam sambutannya memberi apresiasi pada acara tersebut. Dikatakan dalam sambutan bahwa Jokowi sebagai Gubernur Jakarta berharap bahwa Jakarta dapat menjadi pusat berbagai acara kebudayaan, yang salah satu bentuknya adalah acara-acara festival dan karnival seperti ini.

 

Kereta bulan sabit dan bintang-bintang menyapa para penonton di awal parade ini. Dunia langit adalah tema pertama yang tampil pada Gading Nite Carnival 2014. Turun ke bumi Indonesia, tema-tema selanjutnya yang hadir adalah kebudayaan dan kekayaan alam Indonesia yakni, sisingaan, wayang, fauna, dan hutan.

Foto dok. Liputan6.com
 

Foto dok. Liputan6.com

Foto dok. Liputan6.com

Foto dok. Liputan6.com

Ditutup dengan kereta warna-warni bertema fantasi, karnival ini ingin menyampaikan pesan bagi masyarakat untuk mengolah kekayaan alam dan budaya Indonesia sebagai salah satu cara mewujudkan impian Indonesia. Kisah dari rangkaian parade ini berpusat pada tokoh Mat Gading yang mulai tahun 2014 ini menjadi ikon Gading Nite Carnival.

Foto dok. Liputan6.com

 

Pertunjukkan kembang api menjadi penutup klimaks karnival yang diikuti oleh 300 penari. Tiap orang terlihat excited melihat mekarnya kembang api di langit Kelapa Gading dengan dentuman-dentuman suara yang semakin membakar suasana.

Foto dok. Liputan6.com
 

Gading Nite Carnival menghibur serta memberikan gambaran tentang keragaman budaya Indonesia di mana bukan hanya ada elemen-elemen tradisional tapi juga gemerlapnya kehidupan moderen kaum urban. Seorang drag queen tampil di karnival itu diringi lagu Material Girl-nya Madonna.

 

Usai parade, pesta para pengunjung mall berlanjut ke area kuliner Kampoeng Tempo Doeloe bertema Pasar Gambir. Gerbang festival kuliner ini dibuat sesuai dengan gerbang acara Pasar Gambir tempo dulu yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 1906 dan diadakan secara tahunan sejak 1921 hingga 1942 di Koningsplein, Batavia (sekarang lapangan Merdeka, Jakarta).

Foto dok. Liputan6.com

Foto dok. Liputan6.com

Pasar Gambir dulu dibuat untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina. Pada acara tersebut terdapat berbagai penjualan makanan, kerajinan tangan, kompetisi nynayi, tari, pemutaran film dan lain sebagainya. Pada periode kolonial Jepang, Pasar Gambir tak lagi dilakukan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya