Menghitung Peluang Duet Sultan-Anies Baswedan

"Alternatif harus menghadirkan efek kejut," ujar politisi Golkar.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Mei 2014, 17:23 WIB
(ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta Partai Demokrat dan Golkar belum menentukan arah koalisi. Ini membuat kemungkinan terbentuknya poros ketiga masih bisa terjadi.

"Kalau dilihat secara statistik, lebih dari separuh masyarakat belum menentukan pilihan ke siapa, artinya ini merupakan peluang terbentuknya poros ketiga," ujar pengamat politik dari Populi Center Nico Harjanto dalam diskusi di Jakarta seperti disampaikan dalam keterangan tertulis Media Turun Tangan --relawan Anies Baswedan, Sabtu (17/5/2014).

Ia menambahkan, poros ketiga hanya dapat berpeluang jika menghadirkan efek kejut. "Poros ketiga bisa menang kalau menjadi antithesis dua yang sudah ada. Kalau poros baru menghadirkan muka lama, maka hanya akan jadi pelengkap penderita saja. Kalau yang diusung calon yang sudah tua, elektabilitasnya sudah mentok, percuma," tukas Nico.

Menanggapi Nico, politisi Partai Golkar Andi Sinulingga menganggap kunci poros ketiga adalah Demokrat dan Golkar, serta siapa yang akan diajukan keduanya. "Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Anies Baswedan bisa saja. Alternatif harus menghadirkan efek kejut," ujar Andi.

Dia pesimis jika pasangan Aburizal Bakrie atau Ical dan Pramono Edhie Wibowo yang diisukan dapat memiliki peluang jika menjadi poros ketiga. "Insting politik saya mengatakan tidak efektif, tidak ada efek kejutnya sama sekali," ucap Andi.

Anggota Komite Konvensi Partai Demokrat Didi Irawadi mengatakan peluang poros ketiga masih mungkin terjadi dengan catatan utama. "Poros ketiga ini jangan menutup peluang anak-anak muda terbaik untuk tampil. Konvensi misalnya menghadirkan Anies Baswedan dan Gita Wirjawan. Kami menyodorkan semua peserta konvensi termasuk Anies dan Gita, tinggal bagaimana mitra koalisi lainnya," ujar Didi.

Mengenai kemungkinan memunculkan tokoh Golkar dipasangkan dengan peserta konvensi berusia muda seperti Anies, menurut Nico, mungkin saja terjadi. Hal ini dikarenakan kebekuan pencalonan Aburizal sebagai capres yang banyak diragukan banyak kader.

"Ketua umum partai seperti ARB sudah mentok elektabilitasnya. Untuk mendorong poros baru yang dibutuhkan adalah insting politik, bukan lagi sekadar survei. Tokoh muda elektabilitasnya mungkin rendah, tapi jika memiliki efek kejut dan di-endorse secara baik, bisa naik dengan cepat," pungkas Nico.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya