Pergerakan Harga Emas Dibayangi Tekanan

Emas diprediksi bakal bergerak di kisaran US$ 1.250-US$ 1.300 per ounce dengan kecenderungan tertekan turun.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Mei 2014, 08:20 WIB
Ilustrasi Harga Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Reporter: Siska Amelie F Deil, Nurseffi Dwi Wahyuni

Sentimen negatif masih mendominasi pergerakan harga emas pada pekan ini. Emas diprediksi bakal bergerak di kisaran US$ 1.250-US$ 1.300 per ounce dengan kecenderungan tertekan turun.

"Dari sisi permintaan, beberapa laporan menyebutkan permintaan dari Asia Timur masih rendah. Sentiment risk appetite masih menekan harga emas dengan kenaikan indeks saham Amerika Serikat (AS)," kata Kepala Divisi Riset dan Analisis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra saat dihubungi Liputan6.com, Senin (19/5/2014).

Menurut Ariston, pergerakan nilai tukar dolar AS merupakan elemen utama penggerak harga. Data penting yang berkaitan dengan dolar AS yaitu catatan rapat moneter The Fed (FOMC) dan data ekonomi lainnya.

"Data-data itu tersebut bisa saja mengubah kecenderungan pergerakan harga emas. Pasar juga masih mewaspadai konflik di Ukraina. Bila memanas lagi, harga emas bisa terdorong naik," terangnya.

Selama tujuh pekan terakhir emas berkonsolidasi di sekitar level US$ 1.300 per ounce. Pada pekan lalu emas dibuka pada US$ 1.288 dan ditutup naik di US$ 1.293 setelah sempat menyentuh US$ 1.278 dan memuncak di US$ 1.308.

Analis dari Central Capital Futures Wahyu Tri Laksono memprediksi harga emas masih berkonsolidasi di sekitar level US$ 1.300 per ounce. 

"Support berada di  US$ 1.287, US$ 1.275, US$ 1.270, dan US$ 1262. Sedangkan resistance berada di  US$ 1.300, US$ 1.310, US$ 1.315, dan US$ 1.330," ungkapnya.                    

Namun, lanjut dia, peluang break out bisa terjadi jika emas berhasil menembus level US$ 1.330 atau US$ 1.262 untuk menguji support atau resistance jangka menengahnya. 

"Dalam jangka menengah support berada di US$ 1.230, US$ 1.215, US$ 1.200, dan terkuat di US$ 1.180 per ounce. Sedangkan resistance berada di US$ 1.345, US$ 1.365, US$ 1.380, dan  terkuat di US$ 1.400," paparnya.

Wahyu berpendapat faktor fundamental yang signifikan bagi pergerakan emas pekan ini adalah pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada Rabu malam dan rilis FOMC pada Kamis dini hari.


Survei Emas Kitco

Survei Emas Kitco

Pekan lalu prediksi para analis meleset mengenai harga emas yang ternyata naik US$ 6 per ounce pada perdagangan di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Para analis sebelumnya memprediksi harga emas akan turun.

Seperti dikutip dari Forbes, berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya, pekan ini hasil Kitco News Gold Survey menunjukkan harga emas akan bergerak stagnan. Tak mengalami kenaikan ataupun penurunan signifikan.

Sebanyak 11 partisipan menilai harga emas akan bergerak stagnan sementara delapan partisipan lain melihat adanya penurunan pada pergerakannya. Enam responden lain justru memperkirakan harga emas akan lebih tinggi.

Sejak akhir Maret, harga emas banyak dipengaruhi penurunan laju pertumbuhan ekonomi sementara di Amerika Serikat (AS) dan ketegangan politik antara Rusia dengan Ukraina.

Pakar strategi pasar Lasalle Futures Group, Charles Nedos memgatakan, harga logam mulia itu hanya akan bergerak di sekitar level US$ 1.290 per ounce. Atau jika dapat melejit, harganya tak akan bergerak terlalu jauh.

"Saat ini perdagangan tak bisa dengan mudah diperkirakan. Banyak orang mengatakan harga emas akan naik dan turun, tapi sebenarnya ada juga posisi stagnan untuk nilai jual logam milia tersebut," ungkap dia.

Menurutnya, hanya meredanya ketegangan politik di Ukraina yang bisa membuat harga emas naik.

Analis dan pialang emas di FuturePath Trading, Frank Lesh mengatakan, harga emas akan  senantiasa membentuk tiga sudut antara naik, turun dan stagnan.

"Siapa yang tahu dampak pergolakan harga emas. Saya lihat jika naik, harga emas mampu menembus us$ 1.360 per ounce dan jika turun, dia akan berada di level US$ 1.220 per ounce," terangnya.

Sementara para analis yang melihat harga emas semakin tinggi mengacu pada turunnya yield surat utang AS. Awal pekan lalu, yield surat utang AS bertenor 10 tahun jatuh 2,5% meskipun dampak inflasi tak terlalu kuat.

Sebaliknya, para analis yang melihat adanya penurunan harga emas mengacu pada grafik teknis pergerakan harga emas. (Sis/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya